BAB V
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA
MATERI PEMBELAJARAN.
Masa remaja adalah tahapan perkembangan yang pada umumnya dimulai sekitar usia 13 tahun. Awalnya masa remaja ditandai dengan pertumbuhan phisik yang sangat pesat, dengan mulai berfungsinya hormone-hormon sekunder. Pada permulaan masa remaja, pertumbuhan phisik yang sudah menyerupai manusia dewasa ini tidak diikuti dengan perkembangan psikis yang sama pesatnya sebagai akibatnya masa remaja yang merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju kehidupan orange dewasa ini merupakan masa yang sulit dan penuh gejolak sehingga sering disebut sebagai masa badai dan topan, masa pancaroba, dan berbagai sebutan lainya yang menggambarkan banyaknya kesulitan yang dialami anak pada masa perubahan ini. Secara umum remaja memiliki cirri sebagai berikut :
1. Pertumbuhan phisik yang sangat pesat dan mulai berfungsinya hormone sekunder, terutama hormone reproduksi. Pada masa ini remaja tidak mau lagi disebut anak kecil.
2. Fase remaja adalah masa mencari identitas, sehingga pada masa ini anak mempunyai pribadi pribadi yang sangat labil, baik dalam pemikiran, perasaan maupun emosionalnya, sehingga pada masa ini anak akan mudah sekali dipengaruhi.
3. Remaja mulai menginginkan kebebasan emosional dari orangtua, dan mulai mengikatkan dirinya dengan kehidupan per group, sehingga pada masa ini kehidupan kelompok sebaya menjadi sangat penting bahkan dikatakan per group adalah “segala-galanya” untuk remaja.
4. Adanya berbagai perubahan yang dialami, menyebabkan remaja menjadi anak yang emosional, gampang tersingung, mudah melampiaskan kemarahanya, malas, murung, pengin menangis sendiri yang kadang-kadang tanpa sebab yang pasti.
5. Perkembamgan penalaran yang pesat menjadikan kelompok remaja menjadi kelompok yang bersifat kritis dan idealis, sehingga dalam kehidupan sosial kermasyarakat kelompok ini mudah sekali melakukan protes bila ditemui hal yang tidak sesuai dengan konsep idealismenya.
6. Masa ini juga berkembang rasa ingin tahunya sangat besar, sehingga pada kelompok-kelompok remaja juga berkembang sifat heroic, sehingga remaja suka sekali menjadi pengelana, mendaki gunung, atau menjadi menjelajah dan kegiatan-keguatan lain yang menyerempet bahaya.
7. Mulai berfungsinya hormone sekunder terutama hormone reproduksi menyebabkan remaja mulai tertarik pada lawan jenis, sebagai tanda kesepian phisik mereka, pada masa ini anak juga suka berkhayal.
Pada bagian-bagian dalam bab ini secara berturut-turut akan secara rinci dibahas mengenai pertumbuhan fisik remaja serta perkembang dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk berbagai problem yang secara umum dialami oleh kelompok remaja.
PERTUMBUHAN PHISIK REMAJA
Pertumbuhan yang pesat dan munculnya berbagai perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer yang menandakan awal masa remaja.
Perubahan ini meliputi ukuran perubahan tubuh, perubahan proposisi dan munculnya cirri kelamin utama (primer) dan sekunder karena mulai berfungsinya hormon - hormon sekunder khusunya hormone reproduksi. Perubahan ini berbeda bagi remaja pria dengan remaja perempuan.
1. Perbedaan Pertumbuhan Phisik
Secara umum pertumbuhan phisik pada remaja menunjukkan irama yang sama cepatnya antara remaja perempuan dengan laki-laki, namun penonjolan dalam pertumbuhan proposi tubuh berbeda antara keduanya. Perubahan fisik pada remaja perempuan Nampak lebih menonjol pada pertumbuhan tulang ( badan menjadi tinggi dan anggota badan menjadi panjang), mulai tumbuh payudara, mulai memperoleh haid atau menstruasi, serta tumbuh bulu-bulu sekunder. Pertumbuhan lain yang Nampak menonjol pada remaja perempuan adalah kulit yang berubah menjadi halus dan pinggul yang membesar. Sedangkan pada remaja laki-laki awal remaja ini ditandai dengan perubahan suara, pertumbuhan tinggi badan yang pesat, pembesaran pada alat kelamin, dada bertambah bidang yang pesat, pembesaran pada alat kelamin, dada bertambah bidang, kulit menjadi kasar dan berbulu, serta pertumbuhan otot-otot.
Perubahan fisik yang terjadi sepanjang masa remaja meliputi tiga hal yaitu : (1) percepatan pertumbuhan (2) Proses pematangan seksual dan (3) Keanekaragaman perubahan proposi tubuh. Tingkat percepatan pertumbuhan tidak dalam pada setiap remaja, karena memang banyak faktor individual yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ini sehingga laju proses pertumbuhannya menjadi berbeda.
Kriteria kematangan seksual Nampak lebih jelas pada remaja perempuan karena menstruasi merupakan gejala nyata sebagai tanda awal masa pubertas. Menstruasi merupakan cirri kematangan seksual pokok yang menunjukkan telah mulai berfungsinya hormone reproduksi. Kriteris kematangan seksual pada remaja laki-laki tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas, karena criteria yang berupa enjakulasi atau sering digambar sebagai “ mimpi basah” tidak termanifestasi secara jelas. Permulaan kematangan seksual bagi remaja perempuan pada umumnya lebih cepat, karena rata-rata sekitar usia 13 tahun ( dengan rentangan normal 10-16,5). Sedang pada laki-laki produksi spermatozoa hidup pada umumnya, baru terjadi pada usia tahun. Pada remaja laki-laki pertumbuhan tubuh tidak semata-mata ditandai dengan pertambahan berat tetapi juga dapat dilihat pada penguatan urat. dan otot sehingga pertumbuhan pada remaja laki-laki juga diiringi dengan pertambahan kekuatan yang mencapai puncak pada usia 15-16 tahun.
Dalah hal perubahan proposisi tubuh, sekalipun ada keteraturan, perubahan yang terjadi juga memperlihatkan adanya keanekaragaman . pada masa kanak-kanak bentuk tubuh antara laki-laki dengan perempuan tidak terlalu mencolok perbedaanya, tetapi pada akhir anak-anak / awal masa remaja perbedaan bentuk tubuh antara anak laki-laki dan perempuan tersebut semakin jelas. Remaja laki-laki cenderung menuju bentuk mesomorf (kekar, berat dan segitiga) sedangkan anak perempuan cenderung endomorph (gemuk dan berat ) atau ektomormof (kurus dan bertulang panjang)
2. Faktor Yang mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja
Faktor-faktor yang ditengarai dapat mempengaruhi pertubuhan fisik remaja dapat berasal dari berbagai sumber yaitu :
1. Keluarga.
Faktor dari keluarga yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja meliputi : keturunan dan lingkungan. keturunan menyebabkan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dibanding anak lainya sehingga akan lebih berat pula tubuhnya, sedang faktor lingkungan akan dapat membantu menentukan dapat tercapai tidaknya permujudan potensi keturunan yang dibawa anak tersebut. Pada setiap tahapan umur lingkungan ternyata lebih banyak pengaruh terhadap pertambahan berat tubuh daripada pebgaruhnya terhadap tinggi tubuh.
2. Gizi
Anak – anak yang memperoleh gizi cukup selama masa pertumbuhannya biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan dan sefikit lebih cepat mencapai taraf / masa remaja di bandingkan anak-anak yang kurang gizi. Lingkungan dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga dapat menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan di masa remaja.
3. Ganguan Emosional
Dari berbagai penelitian menyimpulkan bahwa anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya “ steroid adetnal “ yang berlebihan, dan hal ini kan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormone pertumbuhan dikelenjar pituitary,
Bilamana terjadi hal-hal demikian, pertumbuhan awal remajanya dapat terhambat dan tercapai berat tubuh seharusnya.
4. Jenis Kelamin
Dalam pertumbuhannya anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada usia 12 dan 15 tahun anak perempuan biasanya menampakkan pertumbuhan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak laki-laki. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.
5. Status Sosial Ekonomi
Meskipun tidak dapat dijelaskan secara langsung, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah, secara umum cenderung lebih kecil daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang status ekonominya menegah apalagi mereka yang berada dalam sosial ekonomi yang tinggi.
6. Kesehatan
Status kesehatan anak juga banyak mempengaruhi pertumbuhan remaja. Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit.
7. Bentuk Tubuh
Kecenderungan bentuk tubuh, apakah masuk dalam klasifikasi eksmororf, mesomorf atau endomorph akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh remaja. Misalnya anak yang berbentuk tubuhnya mesomorf akan tumbuh lebih besar daripada anak yang endomorph atau ektomorf, karena lebih gemuk dan berat.
3. Pengaruh Pertumbuhan Phisik pada perilaku
Akibat pertumbuhan yang pesat pada remaja maka perubahan pada remaja tidak saja nampak pada pertambahan tinggi dan berat badan, tetapi juga muncul berbagai macam akibat psikologis yang sering termanifestasi pada perilakunya. Perubahan proposisi tubuh yang sangat pesat dan mulai berfungsinya hormone reproduksi menyebabkan kecenderungan remaja dalam menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Karena dalam berperilaku remaja harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut baik dalam cara berpakaian maupun bergaul dengan teman. Sehingga perubahan phisik yang terjadi hamper selalu dibarengi dengan perubahan perilaku dan sikap. Keadaan ini akan lebih diperparah karena sikap orang-orange disekitarnya yang kurang “menerima” dan juga sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan fisik.
Remaja sering memperhatikan keadaan tubuhnya yang mengalami proses perubahan. Sebagian remaja (pada umumnya yang bertipe kepribadian ekstrovet) tidak terlalu memperhatikan pertumbuhan tersebut, tetapi ada pula yang selalu memperhatikan perubahan yang terjadi dan memikirkan normal tidaknya dirinya dibandingkan dengan teman sebayannya bila remaja merasa ketinggalan dari teman sebaya baik dalam pertumbuhan atau minat dan kegiatan lain akan muncul kekhawatiran apakah dirinya bisa menjadi dewasa. Bila remaja berpendapat bahwa dirinya tumbuh tidak wajar, dan ditambah lagi dengan sikap orang-orang sekelilingnya yang kadang-kadang banyak menuntut, dan sebagainya, akan menjadi konsep diri negatif yang sulit dihilangkan dalam tahapan perkembangan berikutnya.
Salah satu dari beberapa konsekuensi masa remaja yang paling penting adalah pengaruh jangka panjang terhadap sikap, perilaku sosial, minat dan kepribadian. Bila sikap dan perilaku remaja kurang diterima oleh lingkungan dan dapat menghilang setelah keseimbangan tercapai tidaklah menjadi masalah. Akan tetapi beberapa penelitian menemukan bahwa ciri kepribadian yang sudah terbentuk menjadi sulit dihilangkan. Sebagai contoh bagi laki-laki yang mengalami kematangan seksual lebih awal secara sosial lebih menguntungkan bagi perkembangannya karena ia tumbuh lebih besar dari teman sebaya, lebih disegani dan sebagainya. Kekuatan dan ukuran tubuh yang melebihi teman sebayanya akan meningkatkan citra dirinya di antara teman sebayanya. Tetapi tidak demikian dengan anak perempuan yang masa remajanya datang lebih awal. Kematangan awal yang terjadi pada anak perempuan sering menimbulkan rasa rendah diri karena akan muncul julukan atau sebutan yang kurang menyenangkan.
4. Upaya Untuk Memberikan Bantuan
Bila perhatian remaja banyak ditujukan pada kelompok, maka perilakunya akan banyak dipengaruhi oleh perilaku kelompoknya. Perilaku kelompok remaja dapat terbentuk di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Jenis kegiatan kelompok biasanya ditetapkan oleh kelompok yang bersangkutan, sehingga di samping ada kegiatan yang bernilai positif sering pula ada berbagai kegiatan yang bernilai negatif, terutama apabila kegiatan kelompok remaja ini merupakan kegiatan teman sebaya yang secara bebas dilakukan dan tidak terawasi oleh orang dewasa.
Dengan mencermati bahwa kelompok sebaya merupakan hal yang sangat berpengaruh dan menentukan perilaku dan perkembangan remaja maka perkembangan program kelompok remaja kearah kegiatan yang bernilai positif merupakan hal yang mutlak diperlukan. Perkembangan aspek penalaran dari psikis yang ada pada remaja tidak sepesat pertumbuhan phisiknya, sehingga pengawasan orang dewasa baik guru ataupun orang tua terhadap kegiatan kelompok remaja, dan pemilihan teman-teman kelompok sebaya akan dapat dipakai sebagai upaya preventif bagi pengembangan remaja yang produktif.
PERKEMBANGAN EMOSI DAN MORAL
Pada dasarnya pola perkembangan emosi remaja sama dengan pola emosi pada anak-anak, hanya saja penyebab muncul dan memuncaknya emosi yang berbeda, pada masa anak-anak, ledakan emosi lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat materiil konkrit sedang pada masa remaja penyebabnya bersifat abstrak misalnya menjadi marah bila dikatakan sebagai kanak-kanak, merasa diperlakukan tidak adil dan ditolak cintanya. Pelampiasan emosi pada remaja bukan lagi dalam bentuk yang meledak-ledak dan tak terkendali seperti menangis keras, atau bergulung-gulung, tetapi lebih terlihat dalam gerakan tubuh yang ekspresif, tidak mau bicara atau melakukan kritik terhadap obyek penyebab. Perilaku semacam ini disebabkan oleh mulai adanya pengendalian emosi yang dilakukan remaja.
Kematangan Emosi
Kematangan emosi pada remaja diawali dengan pengendalian emosi, dan biasanya tercapai kematangan emosional pada akhir masa remaja, yang ditandai dengan ciri:
1. Remaja mulai mampu menahan diri, untuk tidak melampiaskan emosinya di depan umum, remaja mulai berusaha mempertimbangkan baik buruknya akibat yang ditimbulkan, sampai dia menemukan cara yang tepat dan aman untuk melampiaskan kemarahannya tersebut.
2. Remaja mulai mampu menganalisis situasi dengan kritis, dapat memberikan penilaian terhadap peristiwa atau perlakuan negatif yang diterimanya dengan mempertimbangkan apakah hal itu benar/tidak, remaja akan melakukan instropeksi dan koreksi pada diri sendiri sebelum mereaksi, apakah perlu ditanggapi dengan marah atau mengakui kesalahan dan kekurangannya.
3. Remaja juga mampu menunjukkan suasana hati yang lebih stabil dan mulai tenang. Pada masa remaja akhir, anak sudah tidak mudah lagi untuk dipengaruhi bisikan teman atau meniru perilaku orang-orang di sekitarnya, semuanya sudah mulai dipikirkan akibatnya.
Perlu dicatat bahwa dalam kenyataan karena adanya berbagai sebab maka tidak semua orang dapat mencapai kematangan emosional tersebut secara sempurna, juga perlu dipahami bahwa kematangan dan kondisi emosi manusia bukan merupakan kondisi yang bersifat menetap, tetapi merupakan proses panjang dan melalui irama yang seringkali naik turun dari waktu ke waktu.
Perkembangan Moral
Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan masalah benar dan salah oleh masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan norma benar salah tersebut. Pengertian moral dalam kaitannya dengan perkembangan remaja adalah kesadaran remaja untuk mematuhi secara sukarela standar moral sebagai pedoman perilakunya. Tahap-tahap perkembangan moral pada remaja telah mencapai pada tahap moralitas hasil interaksi seimbang yaitu secara bertahap anak mengadakan internalisasi nilai moral dari orang tuanya dan orang-orang dewasa di sekitarnya, ketika anak mulai mampu berpikir abstrak seperti pada remaja anak mulai memahami alasan berbuat baik dan buruk tersebut dan mampu berbuat moralistik secara mandiri.
Pada akhir masa remaja terdapat lima perubahan yang dapat dilukiskan sebagai berikut:
1. Pandangan moral remaja mulai menjadi abstrak, cirinya adalah perilaku remaja yang suka saling menasihati sesama teman dan kesukaannya pada kata mutiara.
2. Pandangan moral remaja sering terpusat pada apa yang benar dan apa yang salah. Keadilan pada masa ini sering muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. Sehingga remaja sangat antusias pada usaha-usaha reformasi sosial.
3. Penilaian moral pada remaja semakin mendasarkan diri pada pertimbangan kognitif yang mendorong remaja mulai menganalisis etika sosial dan mengambil keputusan kritis terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral yang dilakukan remaja menunjukkan perubahan yang bergerak dari sifat yang egosentris menjasdi sosiosentris sehingga remaja senang sekali bila dilibatkan dalam kegiatan memperjuangkan nasib bersama, kesetiakawanan kelompok yang kadang-kadang untuk ini remaja bersedia berkorban fisik.
5. Penilaian moral secara psikis juga berkembang menjadi lebih mendalam yang dapat merupakan sumber emosi dan dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan psikologis. Sehingga pada akhir masa remaja moral yang dianutnya diharapkan menjadi ‘kenyataan hidup’ dan menjadi barang yang berharga bagi hidupnya.
Pada akhir masa remaja perkembangan moral anak telah memasuki tahapan yang ketiga adalah Tingkat Pasca-konvensional. Sering pula disebut sebagai tingkat ‘otonom’ atau tingkat berprinsip (prinsiples level) dimana pada tingkatan ini kehidupan dan perilaku moral dipandang sebagai penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip yang dianut. Tahapan ini juga terbagi menjadi dua tahap yaitu Orietasi kontak sosial legalitas: pada tahap ini disadari adanya relativisme nilai-nilai dan pendapat pribadi dengan kebutuhan dan usaha untuk mencapai konsensus, dimana apa yang disetujui dengan cara demokratis tergantung pada nilai dan pendapat pribadi. Dan Orientasi prinsip etika universal: pada tahapan terakhir manusia mengatur tingkah laku dan penilaian moralnya berdasar hati nurani pribadi, yang menyolok pada tahap ini adalah prinsip ethis dan hati nurani dapat diberlakukan secara universal, karena pada umumnya berasal dari prinsip yang berupa keadilan, kesediaan membantu orang lain, persamaan hak, hormat pada martabat manusia sebagai pribadi dan sebagainya.
Tahapan ini adalah tahap penyempurnaan tentang perilaku moral dan pengembangan konsep moralitas, sehingga prinsip yang diyakini kebenarannya sudah sampai pada prinsip yang bersifat universal.
PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial remaja menjadi masalah penting dalam keseluruhan perkembangan remaja, karena merupakan salah satu ciri yang menonjol dalam kehidupan remaja. Sehingga perkembangan sosial remaja sekaligus perlu dibahas berbagai hal yang berkaitan yaitu arti kelompok bagi remaja, sosialisasi remaja, hambatan-hambatan sosial serta sikap sosial remaja.
1. Arti Kelompok Bagi Remaja
Pepatah yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang dapat hidup sendiri, sangat tepat untuk kaum remaja, dalam pertumbuhan dan perkembangannya remaja sangat memerlukan kelompok sosial yang dapat menerima dia sebagaimana adanya, corak dan kehidupan kelompok remaja akan mempengaruhi gaya dan perilakunya, sebaliknya remaja dapat merubah perilaku remaja seperti pola dan peilakunya. Secara umum kelompok remaja yang sehat dapat memiliki fungsi sebagai:
1. Kelompok sosial merupakan wahana yang tepat bagi remaja untuk membentuk sikap sosial yang positif. Pembentukan sikap sosial remaja tidak cukup dengan materi yang diceramahkan tetapi lebih berupa contoh konkrit.
2. Keberhasilan remaja untuk mencapai kebebasan emosional dari orang tua juga akan tercapai dengan bantuan kelompok sosialnya, dalam kelompok ini remaja akan belajar untuk dapat memenuhi kewajibannya sebagai makhluk sosial dan berusaha memenuhi hak-hak dari anggota kelompok yang lain.
3. Perilaku heteroseksual yang sehat juga akan dapat dikembangkan dalam kelompok sosialnya, remaja laki-laki akan cenderung bersaha untuk melindungi remaja perempuan, sesuai dengan gender yang diperankannya.
2. Sosialisasi Remaja
Sosialisasi pada remaja nampak pada kesediaan remaja untuk mengikuti kelompok remaja tertentu yang sesuai dengan minatnya. Keberhasilan remaja dalam melakukan proses sosialisasi banyak dipengaruhi oleh sikap orang tua dan orang-orang disekitarnya pada perkembangan sebelumnya. Internalisasi nilai yang dianut orang tua yang banyak melakukan kegiatan sosial di masyarakat akan menyebabkan remaja mudah melakukan proses sosialisasi dalam masyarakat, sebaliknya remaja yang bersikap kaku dan salah tingkah biasanya berasal dari orang tua yang bersikap eksklusif. Kriteria keberhasilan remaja dalam melakukan sosialisasi dilihat dari keaktifan remaja dalam kegiatan kelompok.
Sedang kegagalan remaja dalam proses sosialisasi terutama dengan kelompok sebaya akan menyebabkan remaja menjadi pemalu, menyendiri, kurang percaya diri atau justru nampak sikap yang sombong, keras kepala dan sering salah tingkah bila berada dalam situasi sosial. Sikap sosial remaja terutama yang berhubungan dengan proses sosialisasi dalam kelompok termanifestasi dalam perilaku-perilaku sebagai berikut:
1. Kompetisi atau persaingan
Persaingan dapat terjadi dalam kelompok yang biasanya berujud persaingan yang sehat, tetapi dapat pula terjadi antar kelompok yang justru gampang menyulut permusuhan yang didasari solidaritas antar anggota kelompok.
2. Komformitas
Kecenderungan peremajaan kearah komformitas perilaku lebih banyak terlihat pada kelompok yang kurang terorganisir. Sehingga pada ‘gang remaja’ bisa terjadi remaja berbuat menyimpang hanya karena dorongan komformitas ini.
3. Menonjolkan diri atau menarik perhatian
Kecenderungan remaja untuk dapat membuktikan bahwa dirinya cukup berharga bagi kelompok merupakan dorongan utama pada perilaku untuk dapat menonjol dan menarik perhatian kelompok, antar anggota secara tidak langsung akan berusaha menunjukkan potensi dan prestasi masing-masing yang pantas dihargai kelompok.
4. Menentang otoritas orang tua
Perilaku menentang otoritas orang tua dan orang dewasa lainnya yang dilakukan remaja, seringkali hanya dilandasi oleh rasa sekedar ingin berbeda dengan otoritas tersebut, tetapi pada masa remaja akhir sikap menentang yang mungkin dilakukan remaja sudah dilandasi pertimbangan norma sosial yang mantap.
5. Kesadaran sosial
Sekalipun masih sering berbuat kesalahan, sebenarnya pada diri remaja telah tumbuh kesadaran akan perlunya saling memberi dan menerima dalam kehidupan bersama dalam kelompok, hanya saja karena perkembangan emosi remaja yang belum stabil sering mengalahkan kesadaran sosial ini.
3. Hambatan Sosial Remaja
Hambatan dalam proses sosialisasi pada remaja dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik yang bersumber dari dirinya sendiri ataupun penyebab yang bersumber dari orang lain serta berbagaisituasi dan kondisi sekitarnya. Secara rinci hambatan dalam bersosialisasi tersebut dapat dijelaskan dalam enam kategori sebagai berikut:
1. Pengalaman yang kurang menyenangkan
Dasar pengalaman emosional dan penyesuaian diri pada remaja yang kurang baik pada tahap perkembangan sebelumnya seperti misalnya pola asuh yang otoriter, penerimaan yang negatif dari lingkunagn sosial seperti kebebasan untuk menerima atau berkunjung ke teman dalam perkembangannya akan menyebabkan remaja yang kurang percaya diri.
2. Kurang adanya bimbingan
Secara langsung maupun tidak langsung bimbingan dari orang tu masih terus diperlukan oleh remaja dalam proses sosialisasi,baik bimbingan dalam memilih teman, membantu mengarahkan kegiatan kelompok sampai upaya membantu menyelesaikan masalah-masalah yang muncul.
3. Tidak ada contoh yang baik
Dalam proses sosialisasi, remaja memerlukan model yang dapat dicontoh. Bila dalam proses sosialisasi remaja tidak menemukan contoh yang baik, atau justru remaja lebih tertarik pada model yang negatif maka proses sosialisasi dan imitasi yang terjadi cenderung akan sama dengan model yang ditirunya.
4. Kurangnya kesempatan
Tidak adanya kesempatan bagi remaja untuk dapat mengadakan hubungan sosial dengan teman sebaya dan lingkungan lain atau tidak adanya kemampuan untuk bergabung dengan kelompok remaja tertentu akan menyebabkan tidak terbentuknya ketrampilan remaja berkomunikasi dan kemampuan bersosialisasi serta bergaul.
5. Tidak ada motivasi
Kegagalan bersosialisasi yang dialami remaja pada tahapan perkembangan sebelumnya bisa berakibat remaja menjadi malas dan tidak ada motivasi untuk bergaul dengan orang lain. Bila hal ini terjadi justru akan membuat kemampuan sosialisasinya semakin buruk.
6. Perbedaan norma sosial
Bila kelompok sosial yang baru memiliki norma yang berbeda dengan kelompok sosialnya yang lama akan merupakan terhambatnya proses sosialisasi.
4. Pemenuhan Kebutuhan Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja
Seperti manusia lain pada umumnya maka remaja juga mempunyai kebutuhan dasar yang berupa kebutuhan fisiologi dasar, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan cinta dan kasih sayang, kebutuhan keyakinan diri dan penghargaan serta kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Sedang secara khusus remaja sebagai individu dalam melakukan kegiatan banyak didorong oleh berbagai kebutuhan yaitu;
- Kebutuhan jasmaniah atau kebutuhan phisik dasar yang berupa makan, minum, istirahat dan rekreasi.
- Kebutuhan psikhologis yang berupa rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian, serta rasa dibutuhkan
- Kebutuhan sosial yang dapat berupa kebutuhan untuk berkumpul dan berinteraksi dengan kelompok sebaya, diterima dan dihargai kelompok serta kemungkinan menunjukkan prestasi dalam kelompok
- Kebutuhan ekonomi : yaitu keinginan remaja untuk memiliki sesuatu yang cukup berharga; termasuk dihargai kelompok karena sesuatu yang dimiliki tersebut
- Kebutuhan politik : yaitu kebutuhan untuk tampil terbaik dan berbagai upaya untuk meguasai anggota kelompok yang lain serta upaya bersama untuk mengalahkan kelompok lain
- Kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri
Perilaku remaja sering merupakan manifestasi dari upya pemenuhan dari kebutuhan-kebutuhan dasarnya sebagai individu. Misalnya yang nampak dari perilaku-perilaku sebagai berikut :
1. Upaya untuk merubah perilaku kekanak-kenakan menjadi sikap yang lebih dewasa secara berangsur-angsur akan ditunjukkan oleh kelompok remaja. Keberhasilan akan dicapai bila kemudian ada keseimbangan antara tuntutan dan harapan lingkungan dengan kemampuan dan kondisi obyektif yang ada pada dirinya.
2. Sering terjadi remaja mengalami kesulitan dalam menerima perubahan phisik, perilaku yang nampak adalah penampilan yang sering salah tingkah dan serba salah, yang sering berkembng menjadi rasa rendah diri, dan menarik diri.
3. Perkembangan fungsi seks, yang ditandai mulai berfungsinya hormon reproduksi juga sering menyebabkn anak bingung memahami, bila tidak memperoleh pengetahuan dan bimbingan yang benar, dorongan ini akan terlampiaskan dalam perilaku menyimpang.
4. Kemandirian dan harapan untuk mampu berdiri sendiri sering muncul dalam perilaku over acting, tetapi harapan-harapannya yang positif akan menuntun remaja untuk mempersiapkan diri hidup mandiri secara sosial dan ekonomi, dengan mulai memilih sekolah atau pekerjaan yang sesuai dengan cita-cita dan kemampuannya.
5. Norma yang berlaku dalam masyarakat, sering pula menjadi masalah khusus, perbedaan norma yang dianut akan mudah menjadikan remaja dicap sebagai anak nakal, kurang ajar, dan sebagainya padahal sangat mungkin perilaku tersebut masih dalam kategori biasa menurut norma kelompok remaja.
Penyesuaian diri merupakan upaya manusia untuk dapat hidup man dan nyaman, dengan berupaya mencapai keharmonisan antara dirinya sebagai individu dengan lingkungannya. Penyesuaian harus dicapai dalam hubungannya dengan lingkungan keluarga, penyesuaian dengan kelompok sosial terdekat, penyesuaian di sekolah serta penyesuaian dengan kelompok masyarakat.
Penyesuaian diri ini disamping untuk kepentingan dirinya sebagai individu juga dapat dikaitkan dengan kriteria yang berupa tugas perkembangan yang harus diselesaikan, yang tentu mengandung harapan sosial sekaligus merupakan tanggung jawab remaa untuk memenuhiharapan tersebut. Secara umum harapan sosial dan tanggung jawab remaja adalah sebagai berikut;
a. Penyesuaian Diri Dalam Keluarga
Dalam keluarga remaja perlu untuk dapat penyesuaian diri dengan pola asuh dan norma yang diberlakukan dalam keluarga tersebut, penyesuaian diri dalam keluarga tidak semuanya dapat berhasil dengan baik, meskipun remaja telah memberlakukan norma yang menerima keadaan remaja, sikap negativisme masih sering ditunjukkan remaja dengan mengajukan berbagai kritik dan tuntutan terhadap orang tua.
Yang sering menjadi masalah adalah apabila remaja merasa tidak terima oleh keluarga, ada kecenderungan remaja akan melarikan diri pada kelompok-kelompok yang miskin norma yang justru sangat membahayakan dan mengganggu perkembangan anak selanjutnya.
b. Penyesuaian Diri Dengan Lingkungan Terdekat
Kelompok sosial terdekat adalah kelompok teman sebaya, atau peer group dalam kelompok ini remaja berusaha untuk dapat menerima dan diterima. Populer dalam kelompok sebaya merupakan kebahagiaan yang mahal bagi remaja, untuk mencapai ini remaja sering berusaha untuk tampil menjadi yang terbaik dan menarik, berpartisipasi dalam segala kegiatan kelompok, berbicara untuk mengemukakan ide-idenya, serta sealu beusaha banyak memberi kepada anggota kelompok untuk dapat dihargai dan dinggap penting.
c. Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan wahana untuk mempersiapkan remaja memasuki dunia pekerjaan dan mempersiapkannya menduduki posisi jabatan tertentu, sehingga tuntutan dalam sosialisasi pada kelompok ini juga disesuaiakn dengan misis dari sekolah tersebut yaitu tuntutan untuk punya prestasi akademis yang tinggi akan menjamin popularitas anak dalam lingkungan sekolah. Untuk dapat mencapai ini remaja dituntut untuk melaksanakan semua kewajibannya sebagai pelajar di samping ditunjang oleh potensi dasar yang dimiliki.
Dalam kenyataan kelompok remaja di sekolah tidak hanya berkegiatan pengajaran saja, tetapi juga kegiatan ekstra kurikuler dan kelompok remaja yang lain, sehingga bagi remaja yang kurang pintar dalam pelajaran disekolah masih mungkin untuk berhasil mencapai popularitas dengan kemampuan yang lain misalnya olahraga, vokal group, serta kegiatan yang lain asalkan bukan popularitas karena kenakalannya.
d. Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat menurut semua anggotanya untuk mematuhi norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat tersebut. Penyesuaian remaja dalam masyarakat akan terbentukbila masyarakat memberikan dukungan dengan pembelajaran yang dapt diterima oleh remaja, seperti contoh, teladan dan penegakkan disiplin yang ketat dimana yang salah menerima sangsi dan yang benar mendapatkan hadiah. Kenyataannya yang seringkali bertentangan dengan idealisme remaja akan menimbulkan sikap protes dan bingung, untuk dapat memperoleh penyesuaian sosial yang baik dalam masyarakat.
5. Upaya Pengembangan Remaja dalam Proses Pembelajaran
Menurut piaget sebagian besar anak usia remaja sudah mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Menurut Bruner, siswa dalam tahapan remaja ini akan lebih senang belajar dengan menggunakan bentuk-bentuk simbol dengan cara yang makin abstrak. Guru dapat membantu remaja untuk melakukan hal ini dengan selalu menggunakan ketrampilan proses dalam proses pembelajaran dan dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep.
Karena siswa usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, kita hendaknya tidak mempunyai anggapan bahwa mereka berfikir dengan cara yang sama dengan kita. Kita hendaknya waspada bagaimana siswa menginterpretasi ide dalam kelas, dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan diskusi. Pengamatan terhadap siswa remaja pada hal-hal yang tidak terkendali dengan cara mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang perlu dilakukan. Tugas ini memang tidaklah mudah dapat dilaksanakan oleh seorang guru.
Sebagian siswa remaja tentu memiliki lamunan dan fantasi. Di lain pihak pengalaman mereka dalam kenyataan hidup belum sepenuhnya terisi. Guru hendaknya memberi kesempatan pada remaja mengembangkan imajinasi dan memberi kesempatan siswa mengembangkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu pemberian atau pendelegasian tugas untuk mengembangkan karya tulis akan sangat baik jika dilakukan. Tugas yang diberikan misalnya menulis karya ilmiah dengan judul “Jenis pekerjaan yang diidolakan dan faktor-faktor yang perlu dipersiapkan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut” mungkin akan sangan menantang rasionalitas remaja.
Dengan mencermati sifat khusus tersebut, dalam pengajaran dalam sekolah perlu diperhatikan perkembangan remaja, termasuk upaya penyesuaian diri di sekolah, sebab pengajaran yang tidak sesuai dengan kehidupan remaja akan menimbulkan prilaku negatif sebagai perwujudan protes kelompok remaja.
Untuk itu proses pengajaran dam pengelompokan siswa perlu dilakukan pendekatan-pendekatan yang dapat membuat remaja menjadi “jinak” sehingga mempermudah remaja belajar dam menyerap materi yang dipersyaratkan. Kondisi tersebut diantaranya adalah:
1. Belajar pada kelompok remaja akan dapat dipermudah bila guru dapat mengupayakan adanya keseimbangan antara pembatasan dan otoritas dengan pemberian kebebasan, yaitu pemeliharan disiplin yang seimbang dengan pengembangan kreativitas;
2. Belajar dapat dipermudah bila dalam proses belajar mengajar remaja diperlakukan sebagai individu yang berharga, dimana suaranya didengar oleh guru, pilihannya diperhitungkan dan sebagainya;
3. Belajar akan lebih efektif bila remaja tahu bahwa dirinya dikenal, diketahui keberadaaanya, diterima oleh kelompoknya, dan kehadirannya cukup punya “arti” bagi lingkungannya;
4. Belajar akam memperoleh hasil maksimal bila setiap guru dapat memahami keberadaan remaja dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki sehingga remaja merasa “aman” dalam proses pembelajaran dikelas;
5. Pengembangan self confidence sangat membantu motivasi siswa dalam belajar. Suasana belajar akan lebih bersemangat bila angka-angka untuk penentuan posisi remaja dalam kelompok diminimalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar