Senin, 02 Januari 2012

bab VII: perkembangan masa dewasa


BAB VII
PERKEMBANGAN MASA DEWASA
PENDAHULUAN
            Masa dewasa merupakan akhir dari tahapan perkembangan manusia yang ditandai dengan tercapainya kematangan yang sempurna pada pertumbuhan dan perkembangan aspek phisik dan psikologis. Secara phisik kematangan atau kedewasaan tercapai setelah seseorang mencapai batas maksimal pertumbuhan sehingga hamper tidak ada lagipertumbuhan dalam pengertian tidak ada lagi pertambahan ukuran tinggi badan, perubahan phisik yang sering muncul pada masa dewasa bukan lagi pertumbuhan ke atas tetapi lebih banyak perubahan menyamping, karena mulai menurunnya metabolism tubuh dan kekuatan otot. Sedang kematangan dalam arti psikologis yang menggambarkan adanya kedewasaan sangatlah sulit untuk dapat didiskripsikan akan secara visual, namun secara umum dapat ditengarahi dengan adanya berbagai cirri yaitu:
1.      Berorientasi pada tugas, bukan pd diri/ego
Kematangan sebagai tanda kedewasaan ditandai dengan perilaku yg lebih diarahkan pd tugas dan tanggung jawab pribadi untuk kepentingan tugas pekerjaan dan masyarakat, dan bukan lagi berorientasi pada kepentingan2 pribadi
2.      Tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien
Individu yang telah mencapai kematangan akan dapat melihat, dan menilai dengan jelas tujuan dari setiap perilakunya, kemudian tujuan itu disistematiskan secara cermat menjadi perilaku yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, dengan tanggung jawab penuh terhadap konsekuensi perilaku tersebut.
3.      Mengendalikan perasaan pribadi
Cirri yang lain dari kematangan yang menandakan tercapainya kedewasaan psikis manusia adalah telah munculnya kemampuan individu dalam mengendalikan perasaannya sendiri, mengenali kapan perasaan itu akan muncul, bagaimana harus mengekspresikan perasaan tersebut serta dapat mempertimbangkan perasaan orang lain, untuk kepentingan kerja sama.
4.      Mampu bertindak objektif
Cirri orang yang matang secara penuh adalah individu yang mampu bertindak secara objektif. Perilaku objektif pada orang yang telah mencapai kedewasaan ditunjukan dengan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi serta mampu bersikap netral dalam menilai permasalahan.
5.      Menerima kritik dan saran
Orang dapat disebut dewasa bila secara terbuka mau menerima kritik dan saran dari pihak lain. Sikap ini termanifestasi pada kemauan yang realities (menjaga keseimbangan antara kemauan dengan kemampuan diri), dalam menjalin kerja sama dengan orang lain, selalu didasari dengan pemahaman bahwa dalm ekhidupantidak selalu dirinya yang paling benaratau yang terbaik, sehinggasarang dari orang lain dapat dipakai sebagai upaya peningkatan diri.
6.      Bertanggung jawab terhadap perilaku dan usaha pribadi
Dalam cirri seseorang dapat dikatakan mancapai kedewasan dan kematangan akan dapat memperatnggung jawabkan perilaku atau usaha pribadinya, sehingga walau dalam kehidupan seseorang slalu memerlukan bantuan dari berbagai pihak, pengambilan tanggung jawab tetap ada pada dirinya. 
7.      Penyesuaian yang realitas pada situasi baru
Manusia yang telah mencapai kedewasaan akan dapat berperilaku fleksibel sesuai dnegan kondisi lingkungan serta orang2 yang dihadapi. Penyesuaian yg fleksibel ini merupakan manifestasi dari cirri kematangan emosional yg telah dicapainya.
Kematangan yang menandakan cirri kedewasan ini biasanya tercapai secara penuh pada usia lebih kuarng 21-23 tahun. Masa kehidupan orang dewasa yang berlangsung sampai akir kehidupan manusia dapat dibagi lagi menjadi 3 tahapan perkembangan yaitu:
1.      Masa dewasa awal
Masa dewasa awal, adalah tahapan perkembangan manusia yang dimulai setelah berakirnya masa remaja, sampai kira-kira umur 40 tahun
Masa ini merupakan masa produktif baik secara phisik maupunintelektual. Secara phisik produktivitas nampak bahwa pada usia ini manusia mempunyai kemampuan penuh untuk mengembangkan keturunannya, dan secara intelektual produktivitas nampak pada tercapainya puncak karier seseorang. Masa dewasa awal berakir pada saat manusia mulai mengalami perubahan (dalam arti penurunan kemampuan) phisik dan psikologis yang menyertai berkurrangnya reproduktif.
2.      Masa setengah baya
Masa setengah baya sering juga disebut sebagai masa dewasa madya berlangsung pada umur 40 sampai 55-60 tahun. Pada masa ini ditandai dengan menurunnya kemampuan phisik dan fungsi-fungsi psikologis  pada semua orang. Sehingga pada masa ini juga disebut sebagai masa sulit karena manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan tersebut.
3.      Masa usia lanjut
Lanjut usia adalah akir dari perjalanan manusi yang berlangsung setelah manusi melewati usia 55-60 tahun. Pada masa ini grafik kemampuan manusia baik secara phisik maupun fungsi psikis menunjukan penurunan yang cukup tajam. Lanjut usia adalah kelompok manusia yang mulai akrap dengan berbagai keluhan dan penyakit, karena fungsi tubuh yang sudah lemah.
Perwujudtan secara phisik pada masa dewasa tidak ada perybahan yang mengandung pengertian perkembangan, namun terdapat beberapa cirri khusus dari setiap tahapan masa dewasa, khususnya dalam penyesuaian pribadi pada berbagai lingkungan dan kehidupan sosialnya. Pada uraian berikut ini akan dibahas secara berturut-turut berbagai cirri khusus pada kehidupan masa dewasa awal, masa setengah baya dan masa usia lanjut.
MASA DEWASA AWAL
            Cirri menonjol pada masa dewasa awal yang membedakan masa ini dengan masa kehidupan yang lain, Nampak dalam pada peletakan dasar dalam banyak aspek kehidupan, terutama kehidupan sosialnya. Hal yang sering muncul adalah melonjaknya persoalan kehidupan yang dihadapi manusia dan ditemuninya ketegangan2 emosi. Sebagai kelanjutan perkembangan yang dialami pada masa remaja, maka masa dewasa awal memiliki ciri2 berikut ini
1.      Usia reproduksi atau “Reproductive Age”
Usia dewasa awal adalah masa reproduktif. Maka pada awal masa ini mulai ada perubahan peran, kedudukan sebagai anak berubah menjadi orang tua (ayah atau ibu) merupakan peran yang mulai harus dimainkan pada usia ini. Karena pada usia ini merupakan masa-masa yang paling tepat untuk melahirkan anak2 sebagai generasi penerus.
2.      Usia pemantapan letak kedudukan atau “Settling-Down Age
Sejak individu mulai memainkan peran sebagai orang dewasa, maka sebenarnya manusia telah pula mulai menjadi orang yang mandiri dalam rumah tangga ataupun dalam pekerjaan, yang dalam kesehariaannya mengharuskan adanya pola2 perilaku tertentu dalam kehidupan keluarga dan profesinya. Masa ini sekaligus merupakan masa yang paling tepat untuk mencapai kemantapan dalam kedududkan, pekerjaan dan demensi2 kehidupannya. Sehingga pada akir masa ini pada umumnya individu berada dalam posisi puncak karier, kemapanan social ekonomi dan berbagai permasalahan yang lain.
3.      Usia banyak masalah “Problem Age
Banyaknya penyesuaia yang harus dilakukan menyebabkan masa ini juga disebut sebagai masa bermasalah. Pada usia ini banyak persoalan2 kehidupan yang baru dan belum pernah ditemui sebelumnya. Permasalan baru tersebut diantaranya  adalah: perlunya penyesuaian dengan pasangan hidup, perubahan peran menjadi orang tua, penyesuaian dengan tugas2 dan tanggung jawab dalam pekerjaan, masalah ekonomi dan berbagai permasalahan yang lain.
4.      Usia ketegangan emosi “Emotional Tension
Masa ini juga ditandai dengan banyaknya permasalahan yang menyebabkan munculnya ketegangan emosional. Ketegangan emosi yang terjadi pada masa dewasa awal pada umumnya disebabkan oleh banyak yang dihadapi, dan banyaknya pola penyesuaian yang harus dilakukan, hal ini akan lebih parah bila individu memiliki harapan2 yang terlalu tinggi terhadap perkawinan dan pekerjaan, padahal yang ada pada kenyataan sering kali tidak semua harapan  tersebut bias dicapai dengan mudah. Ketegangan emosional sering timbul dalam bentuk kekawatiran berkepanjangan yang intensitasnya tergantung pada penyesuaian terhadap persoalan dan pada saat tertentu.
Diantara sekian banyak tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada masa dewasa awal ini, penyesuaian diri terhadap masalah pekerjaan, masalah perkawinan dan keluarga serta perubahan peran social dalam masyarakat merupakan hal yang sangat pokok dalam kehidupan masa dewasa awal ini. Pada uraian berikut akan dipaparkan berbagai bentuk penyesuaian yang harus dilakukan manusia pada masa dewasa awal.
1.      Penyesuaian dalam pekerjaan
Masalah utama yang ditemui dalam penyesuaian pekerjaan pada masa dewasa awal meliputi masalah pemilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, mencapai stabilitas dalam pilihan dan poenyesuaian terhadap situasi kerja.  Penyesuaian dalam pekerjaan pada masa ini diawali pada akir masa remaja yaitu dalam hal pemilihan bidang pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat dan factor psikologis lain yang ada pada dirinya. Awal masa ini (antara usia 22-25 tahun) sering disebut juga sebagai masa berharap bekerja (job hopping)
Permasalahan yang sering muncul pada tahapan ini adalah tidak tercapainya kesesuaian tentang pekerjaan yang diharapkan dengan kenyatan yang ada. Dalam hal ini wanita cenderung untuk lebih rendah intensitasnya, dalam pemilihan pekerjaan yang sesuai dan dalam mengejar status pekerjaan (karier). Hal ini terutama karena wanita (yang sudah berkeluarga) lebih banyak dibentuk oleh struktur budaya yang sudah mengakar, dimana wanita dituntut harus menyesuaikan dengan tanggung jawab keluarga dan tugas suaminya.
Hal ini justru memperkecil munculnya konflik dalam pemilihan pekerjaan.
Sedang pada pria lebih banyak punya idealism dalam memilih pekerjaan sehingga munculnya konflik2 internal maupun eksternal, sehingga semakin tinggi pula kecenderungan frustasi yang mungkin dialami dalam memilih pekerjaan.
Setelah pekerjaan diperoleh secara mantap, kensekuensi yang kemudian muncul adalah mulai perlu adanya bentuk penyesuaian diri dengan jenis pekerjaan yang telah dipilihnya, pola kerja yang menjadi tanggung jawabnya serta orang2 yang menjadi mitra kerja, pimpinan, anak buah dan sebagainya. Penyesuaian dalam hal ini menunjukan perbedaan antara pria dan wanita.
a.       Penyesuaian diri pada pria
Kepuasaan yang diperoleh karena keberhasilan dalam penyesuaian diri pada pekerjaan merupakan hal yang penting bagi kaum pria. Dan kepuasan itu bias diperoleh bila pekerjaannya menuntut banyak kemampuan yang dimilik dari hasil pendidikan dan pengalamanya, satu hal yang tidak kalah petingnya adalah peingkatan gaji dan kenaikan status dalam pekerjaan.
b.      Penyesuaian pada wanita
Wanita akan lebih banyak mengalami frustasi bila pekerjaan yang diperoleh tidak cocok dengan impiannya. Wanita yang mencapai keberhasilah dalam pekerjaan, biasanya tidak banyak mau diganggu dengan urusan anak, rumah tangga, dan urusan keluarga yang lain.
Sebaliknya bila wanita merasa tidak puas dalam pekerjaannya akan cenderung menjadi bos betina yang jalang yang melampiaskan kekesalan dan kemarahan pada bawahannya.

2.      Penyesuaian perkawinan
Pada akhir masa remaja dan pada awal masa dewasa dini, pasda umumnya individu mulai dihadapkan pada masalah pemilihan pasangan hidup. Berbagai masalah sehubungan dengan persiapan perkawinan akan dihadapi , baik yang menyangkut banyaknya pilihan sebagai alternative, tidak sesuainya alternative pilihan dengan konsep pasangan yang ideal, ditolak oleh pilihan hati dan berbagai masalah lainnya. Setelah pilihan ditetapkan, dan perkawinan dilaksanakan, maka pada permulaan kehidupan berkeluarga, individu akan mengalami banyak perubahan yang memerlukan penyesuaian diri ada empat (4) pokok penyesuaia diri yang harus dilakukan dalam perkawinan yaitu penyesuaian dengan pasangan hidupnya, penyesuaian dalam pengelolahan keuangan, penyesuaian diri yang harus dilakukan dengan keluarga pasangan, dan penyesuaian dengan perubahan peran dalam keluarga.
1.      Penyesuaian diri dengan pasangan
Masalah penyesuaian yang paling pokok yang pertama kali dihadapi oleh keluarga baru adalah penyesuaian dengan pasangannya (istri atau suaminya). Hubungan inter personal memainkan peran yang penting dalam perkawinan, makin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang diperoleh individu pada masa lalu, akan makin besar pengertian dan wawasan social yang dikembangkan , yang berati pula akan semakin besar kemampuan untuk dapat menjamin kerja sama dengan orang lain. Dengan demikian akan semakin baik penyesuaian diri yang dilakukan dengan pasangan dalam perkawinan. Banyak factor yang mempengaruhi penyesuaian diri terhadap pasangan hidup diantaranya adalah: kesesuaian antara konsep mengenahi pasangan yang ideal dengan kenyataan, pemenuhan kebutuhan keluarga, kesamaan latar belakan kehidupan diantara pasangan suami istri, adanya minat dan kepentingan bersama, keserupan nilai dan konsep peran serta perubahan2 dalam pola hidup.
2.      Penyesuaian dalam keuangan
Ancaman kedua yang menyangkut penyesuain diri dalam awal kehidupan perkawinan adalah maslah pengelolahan keuangan. Bila dalam satu keluarga hanya suami yang bekerja ketegangan mungkin muncul ketika ada pihak yang merasa berhak. Demikian pula bila keduanya bekerja penggabungan pendapatan antar suami istri juga dapat menjadi permaslahan. Berbagai konflik dan ketegangan dapat terjadi berkenaan dengan masalah ini diantaranya bila masing2 merasa berhak menggunakan uangnya sendiri  atau sering pula muncul kecurigaan dan rasa tidak percaya antara keduanya.
3.      Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan
Dengan telah dilangsungkan perkawinan setiap orang dewasa akan secara otomatis memperoleh sekelompok keluarga yang berasal dari keluarga pasangannya. Hal ini sering menjadi masalah sendiri mengingat bahwa antara dua kelompok ini kerap kali mempunyai minat dan nilai, dan adat kebiasaan yang berbeda pula, bahkan sering pula berbeda dalam segi tingkat social ekonomi dan tingkat pendidikan, budayadan latar belakang social dan sebagainya. Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan diantaranya adalah (1) stereotif, (2) keinginan untuk mandiri, (3) intensitas keluargaisme, (4)tingginya mobilitas social, (5) kemungkinan adanya anggota keluarga berusia lanjut serta (6) bantuan keuangan untuk keluarga pasangan.
4.      Penyesuaian dalam perubahan peran
Perubahan status menjadi orang tua secara otomatis akan diperoleh individu setelah perkawinan. Peran baru sebagai kepala keluarga, sebagai orang tua jsering harus banyakl mengorbankan kebahagiaan dan kepuasan diri sehinggga masa awal berkeluarga sering disebut sebagai “masa kritis” karena pada masa ini memerlukan banyak penyesuaian karena adanya perubahan pola perilaku, nilai dan peran yang harus dimainkan dan sebgainya.
Konflik2 bisa terjadi terutama dalam kaitannya dengan penyesuaian kehidupan setelah pasangan punya anak, ketidaksamaan dalam cara mendidik anak sampai dengan konflik dengan anak sampai menjelang remaja akibat ketidaksamaan criteria yang dipakai, merupakan konflik berkepanjangan yang akan dialami manusia pada masa remaja awal.
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyesuaian diri
Ada sejumlah kondisi yang ditenggarahi merupakan faktor yang dapat menunjang keberhasilan penyesuaian perkawinan yaitu:
-          Masa menjadi orang tua yang terlalu cepat . jika anak mulai lahir pada tahun2 pertama perkawinan sebelum pasangan baru siap mencapai penyesuaian diri dengan pasangan da cara mengatur keuangan, sering kali akan banyak menimbulkan stres dan ketegangan2.
-          Kondisi keuangan  meskipun tidak bersifat mutlak, bila di awal usia perkawinanpasangan muda telah dapat memiliki rumah da berbagai benda sebagai simbul status yang lain akan mempermudah penyesuaian dalam perkawinan.
-          harapan tetang perkawinan yang realitis  adakalanya pasangan pengantin baru mempunyai harapan yang terlalu tinggi terhadap perkawinan, sehingga bila kenyataan yg duhadapi tidak sesuai dengan harapan tersebut sering menjadi ketegangan.
-          Penyesuaian tentang jumlah anak yang diinginkan . bila tidak ada kesepakatan dalam menetapkan jumlah anak seringkali juga akan menjadi masalah tersendiri, permasalaha ini akan semakin parah bila diperuncing dengan campur tangan pihak keluarga masing2.
-          Posisi dalam keluarga ditemukan bukti2 empirik yang menyataka bahwa pria maupun wanita yang berjauhan rumah dengan saudara kandung atau orang tua akan membuat proses penyesuaian yang makin baik terhadap perkawinan. Hal lain yang juga berpengaruh adalah posisi dalam keluarga masing2. Kelompok minoritas atau anak bungsu cenderung lebih sulit dalam penyesuaian diri.
-          Hubungan dengan pihak keluarga pasangan. Bila dapat terjalin hubungan yang menyenangkan dengan pihak keluarga pasangan maka hal ini sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap proses penyesuaian perkawinan.

PERKEMBANGAN MASA SETENGAH BAYA
Masa setengah baya merupakan masa panjang dalam menjalani kehidupan dewasa yaitu berlangsung sejak usia 40-60 tahun. Penyesuaian yang menonjol dalam kehidupan manusia pada usia setenmgah baya atau masa dewasa madya, agak berbeda dengan penyesuaian yang dilakukan pada awal masa dewasa. Pada masa ini penyesuaian utama yg harus dilakukan adl bagaimana membangun dan mempertahankan standar hidup yg menyenangkan . termasuk penyesuaian terhadap penurunannya berbagai fungsi psisik dan mental.
Masa usia madya merupakan masa yang berlangsung  dalam rentang waktu yg cukup panjang, sehingga masa usia madya atau masa setengah baya ini mempunyai berbagai ciri yg menunjukan banyaknya permasalahan pada masa ini. Ciri tersebut diaantaranya adl:
1.      Usia madya merupakan masa transisi dan stres
Usia madya merupakan usia peralihan dari masa dewasa yang penuh vitalitas kemasa tua dgn berbagai penurunan fungsi phisik dan psikis, seperti dipahami bahwa masa transisi selalu berarti perlu penyesuaian diri. Penyesuaian yang radikal terhadap peran dan pola hidup yg berubah apalagi disertai dengan berbagai perubahan fisik yg menurun cenderung merusak keseimbangan manusia, baik dlm emosional maupun aspek kepribadian yg lain, sehingga masa ini juga merupakan mas astres yg berupa stres somatis, stres budaya, stres ekonomi maupun stres psikologis yg banyak diakibatkan oleh adanya berbagai perubahan tersebut. Masa ini juga dianggap sebagai epriode yang ditakuti, karena pd dasarnya secara manusiawi setiap orang takut kehilangan vitalitas, status dan kemapanan hidup. Sehingga pd awal masa ini sering muncul masa puper kedua, sebagai ekspresi kecemasan terhadap menurunnya vitalitas yang dialami. Dan rasa ketakutan dirinya dianggap ‘’tua’’ 
2.      Usia madya merupakan usia yang berbahaya dan menakutkan
Dalam pengertian sederhana usia berbahaya adalah usia dimana muncul keinginan untuk melampiaskan dan mengekspresikan kekuatan, kekerasan serta vitalitasnyasebelum memasuki usia lanjut. Segi lain yg menjadi permasalahan pada masa ini seseorang akan mengalami berbagai keluhan fisik sebagai akibat bekerja terlalu keras atau kecemasan yg berlebihan karena merasa dirinya tidak menarik lagi, takut menjadi orang yang tak berkemampuan atau kecemasan ditinggal pasangannya. Pd usia ini juga individu menjadi canggung dalam bertimgkah laku mengigngat bahwa dirinyasudah tidak muda lagi tetapi juga belum memasuki usia lanjut. Perasaan serta kondisi mental yang siap serta tidak mau menerima berbagai perbahan tersebut sering terwujud dalam perilaku seperti anak muda, sehingga usia ini disebut juga usia yg berbahaya.
3.      Usia madya merupakan masa berprestasi
Masa ini pd dasarnya merupakan masa kejayaan dalam kehidupan manusia karena pd umumnya orang mencapai kemapanan ekonomi dan keuangan, puncak kepuasan, kejayaan dalam karierdan prestise maupun kedudukan sosial umumnya dapat diperoleh pada usia ini. Dalam bebrbagai organisasi masyarakat, industri ataupun instansi usia madya selalu memegang kepemimpinan sehingga secara umum masa ini merupakan usia kejayaan dan masa berprestasi. Kemapanan ini juga ditunjang oleh tingkat perkembangan anak2 yg mulai beranjak besar dan tidak lagi banyak merepotklan kehidupannya. Bahkan dapat dikatakan bila pd usia ini individu belum mencapai kemapanan dalam kehidupan maka, selamanya dia tidak akan mencapainya.
4.      Usia madya merupakan masa evaluasi diri
Karena pada usia madya merupakan saat2 dimana pria dan wanita mencapai puncak kemapanan dan puncak prestasinya, maka secara logis masa ini sekaligus juga merupakan waktu yg sangat tepat untuk melakukan evaluasi diri, yaitu melakukan berbagai penilaian terhadap kondisi ataupun prestasi dirinya saat ini dan prediksi masa mendatang dengan berdasar pd aspirasi mereka sendiri dan harapan orang lain.
5.      Usia madya merupakan masa jenuh
Pd uraian diatas dijelaskan bahwa masa ini merupakan masa keemasan, namun ada ciri lain dalam periode ini yg bersifat negatif, yaitu mulai munculnyakejenuhan yg dialami oleh hampir seluruh pria dan wanita, sebagai akibat rutinitas kehidupan yg selalu dituntut oleh tugas2 dan target2 dari lingkungan. Sehingga kaum pria biasanya jenuh dgn berbagai kegiatan kerja rutin dan kehidupan formal yg hanya sedikit memberikan hiburan, sedang pd kaum wanita juga mulai muncul kejenuhan dengan kehidupan yg dijalani. Eringkali kemudian ada kecenderungan dr kelompok usia ini untuk mencari situasi dan kekuasaan baru yg dianggap sebagai selingan dr rutinitas kehidupannya dan juga kegiatan yang lebih menyenangkan kehidupannya.
6.      Usia madya merupakan masa sepi
Ciri negatif dr masa ini adl masa usia  sekitar 50 tahun, kehidupan dlm keluarga mulai ditandai dgn adanya rasa sepi (empty nest), karena pd masa ini anak2 mulai beranjak dewasa, dan mulai membina keluarga baru yg sibuk dgn urusannya sendiri, sehingga keluarga2 diusia madya mulai ditinggal dari anak2 dan mungkin juga oleh pasangannya (baik karena meninggal atau menikah lagi). Setelah sekian lamaindividu terbiasa hidup bersama keluarga perpisahan dgn anak dan pasangan sering menimbulkan kegoncangan dan merupakan  proses yg perlu penyesuaian khusus.
7.      Penyesuaian diri pada masa dewasa madya 
Telah disebutkan bahwa usia setengah bayaselalu akan mengalami berbagai macam perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya, sehingga tugas2 perkembangan yang harus dijalai pd usia ini lebih banyak berkaitan dgn tugas2 penyesuaian diri baik dgn penyesuaiaan2 dgnperubahan fungsi fisik yg dialami, penyesuaian mental psikologisnya terhadap perubahan hubungan kekeluargaan, dengan munculnya menantu, cucu ataupun justru karena ditinggalkan oleh pasangan serta penyesuaian dengan perubahan status sosial yg mungkin terjadi.
a.      Penyesuaian terhadap perubahan fisik
Penyesuaian yg paling pokok dan dianggap paling sulit bagi pria dan wanita pd usia ini adalah penyesuaian yg harus dilakukan berkenaan dengan penurunan berbagai fungsi fisiknya. Perubahan ini dirasa sulit karena adanya kenyataan bahwa adanya sikap2 individu yg kurang menguntungkan baik sikap dari dirinya sendiri yg tertekan karena perubahan tersebut aupun sikap dr orang lain yang memandang orang tua sebagai orang yg lemah tidak produktif dan sebagainya. Kemudian muncul sikap dan citra diri negatif. Perubahan fisik yg sangan tampak dan menggangu keseimbangan kehidupan individu  pada usia ini adalah:
-          Perubahan dalam penampilan
Tidak bisa dipungkiri bahwa penampilan memegang peranan penting dalam penilaian sambutan sosial dan kepemimpinan yg diperankan individu. Pd kelompok sosial ekonomi menengah kebawah merupakan fisik menua ini sangat mencolok, tetapi justru karena berbagai keterbatasan yg dimiliki, perubahan ini justru tidak menimbulkan permasalahan khusus. Tetapi dikalangan sosial ekonomi tinggi muncul berbagai kegelisahan karena adanya tampilan yang berubah ini, meskipun dengan berbagai upaya fisik  menua ini tdk segera terlihat nyata. Tanda2 yg jelas yg merubah penampilan ini adl bertambahnya berat badan, rambut yg rontok dan beruban, perubahan pd kulit yg menjadi keriput, tubuh menjadi gemuk, masalah perubahan otot dan persendian, perubahan kekuatan dan jumlah dalam gigi. Yang kesemuanya memerlukan penyesuaian.
-          Perubahan dalam kemampuan indera
Deteoriasasi secara berlahan dari kemampuan indera sebagai akibat mulai melamahnya syaraf dan otot mulai dirasakanpada orang2 setengah baya, perubahan yg dirasakan paling merepotkan terutama n ampak pd pria dan wanita dr kelompok sosial ekonomi menengah keatas khususnya mereka yg bekerja dikantor, perusahaan ataupun intasi pemerintah. Berbagai alat bantu untuk tuntutan kerja mulai dibutuhkan, seperti kaca mata, alat bantu dgn ataupun alat bantu yg lain yg kesemuanya memerlukan penyesuaian dalam pengadaan maupun penggunaannya
-          Perubahan pada fungsi fisiologis
Menurunnya fungsi tubuh bagian luar yg datang berbarengan dgn perubahan fungsi tubuh bagian dalam. Misalnya dinding saluran arteri yg mula menjadi rapuh, kerja jantung dan tekanan darah yang mulai terganggu, metabolism tubuh menjadi lemah, sehingga proporsi tubuh juga mengalami ketidak seimbangan dan berbagai ganguan lain yg menyebabkan perubahan dlm tampilan dan kesehatan seseorang. Masalah kesehatan secara umum yg dialami individu pd usia ini mencangkup kecenderungan untuk mudah lelah, sakit pd otot dan sendi, kepekaan kulit, pusing serta berbagai keluan yg lain.
b.      Penyesuaian diri terhadap perubahan mental
Dalam berbagai hasil penelitian ditemukan bahwa sebenarnya pada dasarnya tidak ada perubahan yg berarti atau tidakk diketemukannya adanya penurunan fungsi mental pada kelompok yg berkemampuan intelektual tinggi, baik dlm hal kemampuan verbal, penguasaan ruang ataupun kemampuan memecahkan masalah, sehingga prestasi kerja juga belum menurun. Perubahan yg justru nampak menonjol dan memerlukan penyesuaian diri secara khusus adl perubahan ‘’minat’’ yg berkembang pd kelompok madya ini. Pd umumnya perubahan minat nampak nyatapd hal2 sebagai berikut :
-          Penampilan dan pakaian
Minat pada penampilan diri yg kelihatannya menurun pada awal pernikahan, karena adanya berbagai pertimbangan dan kesibukan kembali meningkat pd usia madya. Kelompok ini mulai menyadari bahwa pakaian yg bagus, perhiasan dan penampilan yg lain, ternyata penting bagi peningkatan citra diri mereka. Sehingga pd usia ini individu mulai membeli berbagai pakaian dan aksesoris mahal untuk melengkapi penampilannya.
-          Uang dan kekayaan
Pd umumnya pria dan wanita pd usia ini sangat tertarik pd uang dan kekayaan. Pd pria tidak terlalu mempermasalahkan banyaknya uang, atau kebendaan, hal2 yg menyangkut stabilitas kedudukan dan kepuasan prestasi kerja merupakan hal dirasa lebih penting. Minat ini berbeda dgn wanita, terutama ibu rumah tangga yg tidak bekerja, kelompok ini lebih banyak membandingkan apa yg dimiliki dengan milik teman2nya
-          Simbul status
Telah dijelaskan bahwa usia madya adl generasi pemimpin, sehingga dlm kehidupan sehariaanya, kelompok ini jga ingin tampil yang terbaik, sehingga untuk melengkapi tampilan yg menggambarkan pretise dan kekuasaan, kelompok ini menganggap bahwa berbagai nilai dan status sosil dari pemilikan benda2 sbg simbol status dan kekuasaannya menjadi sangat penting. Misalnya alamat rumah, merek mobil yg dipakai
-          Agama dan kepercayaan
Diusianya yg menjelang senja, mulai muncul rasa kesepian dgn kepergian anak2 dan mulai munculnya rasa takut mengenahi kematian. Sehingga kegiatan yg berhubungan dgn keagamaan akan menjadi lebih banyak ditekuni oleh kelompok ini., terutama bila para usia madya kehilangan salah satu anggota keluarga pasangannya. Demikian kegiatan usia madya dalam berbagai urusan kemasyarakatan meningkat secara nyata, karena kehidupan keluarga yang dirasa mulai longgar (sepi).
c.       Penyesuaian sosial
Telah dijelaskan pada bagian diatas bahwa perubahan minat dalam kehidupan sosial nampak dengan nyata pd usia ini.. secara keseluruhan usia madya lebih bisa melakukan penyesuaian sosial dibanding anak muda dan usia dewasa aawal. Kemampuan ini dipengaruhi oleh :
-          Sejauh mana seseorang dapat memainkan peran sosial secara tepat sesuai dgn bagaimana presepsi orang lain terhadap dirinya dan aspirasi sendiri.
-          Seberapa banyak kepuasan yang diperoleh seseorang dalam kegiatan sosial kemasyarkatan
-          Kemahiran dan keterampilan sosial yg diperoleh sebelumnya dpt memperkuat kepercayaan diri dari mempermudah penyesuaian sosial.
d.      Penyesuaian dalam pekerjaan
Penyesuaian diri yg nampak menonjol adl penyesuaian dalam bidang pekerjaan, pada bisang ini kelompok usia madya telah berhasil membantu puncak karier dan kemapanan ekonomi, sehingga muncul ambisi utk dpt mempertahankan standar hidup, hal ini dapat dicapai bila usia madya dapat menyesuaikan dgn baik delam kehidupan pekerjaan dan keluarganya. Keberhasilan penyesuaian dalam pekerjaan akan dipengaruhi hal2 sebagai berikut :
-          Prestasi dan kepuasan kerja
Pria pd umumnya akan lebih mempunyai kesempatan untuk meraih prestasi sehingga lebih mudah menyesuaikan diri dengan dunia kerjanya, sedang pd wanita berbagai penyebab sering membuat mereka tidak bisa secara maksimal mencapai prestasi puncak.
-          Harapan pekerjaan
Harapan diri yg terlalu tinggi terhadap prestasi kerja justru sering mempersulit kelompok ini ketika memasuki masa pensiun, dengan kemajuan dibidang ilmu kesehatan dan standar kehidupan, maka kelompok usia 50-55 mudah kelihatan segar, dan potensi tetapi mereka harus sudah memasuki masa pensiun, hal ini dipengaruhi juga oleh meningkatnya penggunaan otomatis yg mungkin dulu menjadi bidang keahlihannya.
-          Sikap teman sekerja
Sikap pimpiman ditempat kerja, teman2 sejawat, maupun staf dan anak buah yg menyenangkan akan sangat membantu penyesuaian usia madya dalam kehidupan pekerjaannya.
-          Sikap keluarga
Sikap dalam kehidupan keluarga, pasangan (suami ataupun istri) dan anak2 merasa puas dgn status dan prestasinya ditempat kerja akan sangat memperlancar penyesuaian kelompok ini ditempat kerja
-          Rasa aman
Rasa aman dlm pengertian tdk adnya paksaan ataupun tekanan, akan banyak memberikan ksempatan pada seseorang untuk dapat mengaktualisasikan diri secara maksimal dalam pekerjaan.
e.       Penyesuaian dalam keluarga
Dalam kehidupan keluarga pada usia sekitar 50 tahun secara otomatis pola kehidupan yg dijalaninya akan mengalami banyak perubahan sesuai dgn pertambahan usia dan hukum alam.
Perubahan yg nampak paling besar adalah anak2 yg mulai keluar dari rumah dan besarnya kemungkinan ditinggalkan oleh pasangannya. Secara rinci perubahan2 yg mungkin terjadi adl :
-          Perubahan peran : pada waktu nak2 mulai tumbuh menjadi individu dewasa satu demi satu mereka akan meninggalkan rumah, baik untuk studi diperguruan tinggi dikota lain, menikah, atau mencari pekerjaan, sehingga meninggalakan keluarga, orang tua harus mengadapi masalah penyesuain hidup yg dlm istilah populer biasa disebut periode’’sarang kosong’’ (empty nest)
-          Penyesuaian diri dengan pasangan : penyesuaian yg harus dilakukan secara menonjol dgn pasangan hidupnya pd masa ini khususnya berkenaan dgn penyesuaian kehidupan seksual, karena mulai menurunnya berbagai fungsi fisik sbg ygg telah dijelaskan diatas.
-          Penyesuaian terhadap keluarga pasangan. Kalau pd masa muda penyesuaian terbatas dgn keluarga pasangan hidup, pd masa ini ditambah dgn penyesuaian dgn keuarga pasangan anak yg jumlahnya tidak sedikit dan mungkin sangat berbeda latar belakangnya.
-          Penyesuaian diri dgn masa kakek/nenek. Dgn mulai lahirnya cucu, peran kelompok ini sebagai kakek dan nenek sering kali dianggap kurang penting. Hal ini yg menyebabkan sbg kakek dan nenek akan memperlakukan cucu mereka dgn tanpa tanggung jawab dgn pengertian kurang mendidik.
-          Penyesuaian untuk hidup sendiri. Ada kemungkinan pd usia ini akan kehilangan pasangan, baik karena meninggal atau menikah lagi. Rasa kehilangan karena tdak siap ditinggalankan pasangan, sering menimbulkan stres berkepanjangan yang juga memerlukan penyesuaian khusus.
-          Penyesuaian diri dgn persiapan memasuki pensiun dan usia lanjut. Pd bagian ini orang masa pensiun merupakan sesuatu yg menakutkan, karena pd masa ini orang akan kehilangan berbagai status sosial, kekuasaan dan prestise serta berbagai kemudahan yang lain. ‘’Post Power Syndrom’’ sering digunakan untuk menyebut kecemasan dan stres akibat datangnya masa pensiun ini.
8.      Kondisi yang menghambat penyesuaian sosial usia madya
Berbagai kondisi umum dapat dikemukakan sehubungan dgn faktor2 yg mungkin dapat penyesuuaian diri pd orang setengah baya yaitu :
1.      Penampilan yang kurang menarik
kelompok usia madya yg begitu saja ‘’menerima’’ berbagai perubahan dan bersikap pasrah dengan keadaannya, pasif dan tidak berusaha menyesuaikan diri secara maksimal atau berusaha memperbaiki penampilannya akan cenderung diabaikan dan ditolak situasi sosial tertentu
2.      Masalah keuangan
Kelompok usia madya yg masih belum mapan dalam kehidupan keuangan dan masih memiliki masalah keuangan cenderung terhambat untuk berpartisipsi  dalam berbagai kegiatan sosial dgn teman2.
3.      Kurang memiliki keterampilan sosial
Pengalaman berorganisasi dan kegiatan sosial yg dilakukan pd usia muda madya akan banyak membantu penyesuaian sosial yg dilakukan pd usia madya.  Sementara orang yg punya kecenderungan utk lebih suka hanya berhubungan dgn keluarga saja akan memiliki kesulitan khusus.
4.      Popularitas yg diinginan
Kelompok usia madya yg dgn tiba2 berhenti kegiatannya selama pernikahan, dan ingin kembali terlibat aktif dlm kegiatan sosial sebagai bukti popularitasnya akan menimbulkan bahaya sosial bila kemudian kelompok ini mencoba menerobos pola hidup yg sudah mapan.


MASA LANJUT USIA
Lanjut usia adl tahapan akhir dr perkembangan manusia. Banyak para ahli mengemukakan pendapat masing2 mengenahi kapan masa lanjut usia dimulai. Pada umumnya para ahli memakai patokan usia kronologis sebagai dasarnya. Ada pendapat yg menyatakan bahwa lanjut usia dibatasi usia 60 thn (Hurlock, 1991), di Indonesia usia lanjut dimulai usia 55 thn(Utami, 1993), WHO memberikan batasan yg lebih berani yaitu 65 thn. Masa usia lanjut ditandai dengan berbagai kemunduran fungsi tubuh seperti berkurangnya fungsi penginderaan dan ingatan, berhentinya menstruasi dsb. Perubahan fisiologis ini berpengaruh secara langsung atau tidak langsung pd fungsi sosial yg juga perubahan peran dalam statusnya di masyarakat. Misalnya orang harus menggundurkan diri dr abatannya (pensiun), tdk lagi perkasa, tdk bisa lg menjadi olahragawan dan sebagainya, perubahan yg terjadi pd manusia lanjut sangat bervariasi dan individu. Individu yg satu berbeda dr individu yg lain, baik dlm irama maupun intensitas gejalanya. Ada beberapa faktor yg mempengaruhi perbedaan perubahan tersebut.
1.      Kebiasaan hidup (style of life)
Aktivitas fisik maupun mental yg dilakukan lanjut usia pd masa2 sebelumnya sangat berpengaruh pd perubahan yg terjadi. Latihan fisik yg teratur, perilaku menjaga kesehatan, pemenuhan gizi, keseimbangan antara penggunaan dan pemenuhan energi, kebiasaan dan atau pola2 hidup dan pola kerja yg baik, akan dpt menunda datangnya kemunduran.
2.      Latar belakang pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan pd usia lanjut, akan menyebabkan mereka memahami bagaimana cara2 menjaga kesehatan yg baik, sehingga memperkecil permasalahan yg dihadapi ketika menjalani masa tua. Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa lanjut usia yg berpendidikan tinggi mempunyai tingkat kemunduran (phisik dan mental) yg lebih rendah dibanding kelompok yg berpendidikan rendah.
3.      Latar belakang sosial ekonomi
Dgn tingkat sosial ekonomi yg mapan, kondisi keuangan yg cukup, kedudukan sosial yg baik akan menyebabkan kesempatan utk selalu memperhatikan kesehatannya juga lebih memungkinkan, termasuk menjaga mutu makanan yg dikonsumsi serta melakukan tindakan preveentif terhadap kesehatannya. Sehingga kelompok dgn sosial ekonomi tinggi lebih punya daya tahan terhadap proses kemunduran sebagai akibat bertambahnya usia.
4.      Jenis kelamin
Pada umumnya wanita lanjut lebih telaten memperhatikan kesehatannya, disamping disebabkan karena fungsi biologis, wanita diusia produktif secara umum juga mempunyai banyak kegiatanyg memerlukan daya tahan seperti merawat dan menyusuhi anak dan sebagainya, maka secara natural wanita lanjut usia mempunyai kebiasaan yg kurang menguntungkan misalnya terlalu larut dgn pekerjaan sehingga lupa waktu, kebiasaan merokok, begadang dan sebagainya.
Perubahan sosial yg terjadi menuntut penyesuaian khusus. Diawali dgn datangnya pensiun, dimana para lansia tidak hanya saja sekedar kehilangan mata pencaharian, tetapi juga berkurangnya aktivitas sosial yg selama ini mereka lakukan. Bekerja, bagi kebanyakan orangmerupakan sarana untuk mendapatkan finansial, sekaligus sebagai ajang perwujudtan kemampuan diri (self actualization). Pd kenyataannya usia lanjut cenderung menjadi kelompok yg kurang mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dimaklumi karena adanya kecenderungan pd negara industri, menekankan vitalitas, kecepatan, kesuksesan, produktivitas, efisiensi, hal2 tersebut jarang sekali atau bahkan tdk akan pernah ditunjukan oleh para manula. Hal2 kepemudaan lebih diperhatikan seperti Amerika, misalnya sering disebut sebagai youth-centered society.
Perubahan lain yg terjadi dalam masyarakat yg sedang berkembang adalah ciri dan struktur keluarga. Pada masa lampau dapat diamati bahwa struktur keluarga adalah dlm jumlah yg besar yg terdiri dr nenek, kakek suami, istri ponakan anak dan sebagainya atau sering disebut dgn keluarga batih (extented family). Dgn adanya perubahan itu, maka kehadiran manula dalam keluarga dpt menimbulkan masalah. Padahal secara ideal, sebenarnya keluarga adalah tempat utama dan pertama yg dapat melayani kepentingan para manula.
Secara umum permasalah yg dihadapi kaum lanjut usia adalah sebagai berikut :
1.      Masalah ekonomi
Manula, sebagaimana manusia lainnya memerlukan kebutuhan2 baik yg berupa kebutuhan phisiologi dasar, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk dihargai maupun kebutuhan untuk dpt mengaktualisasikan diri yg kesemuannya mendukung utk dpt melanjutkan kehidupannya. Dgn datangnya masa pensiun, penghasilan juga berkurang, penghargaan dan status juga mulai berkurang. Dalam negara berkembang pd umumnya kaum lanjut usia tdk dpt banyak menabung untuk menopang untuk kehidupannya dimasa pensiun, sehingga dr hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar manula di Indonesia masih membutuhkan pekerjaan sbg sumber penghasilan. Hasil penelitian juga menunjukan proporsi cukup besar dr penduduk usia lanjut masih bekerja. Secara lebih detail hasil penelitian Sigit (1988) menunjukan bahwa secara keseluruhan 48,1 persen dr mereka masih bekerja. Mereka yg berusia 60-64 thn sebanyak 74 persen dan yg berusia 75 keats 38 persen.
2.      Masalah sosial budaya
Perubahan aspek sosial budaya yg menonjol dalam kehidupan kaum lanjut usia adl kurangnya kontak sosial dgn anggota masyarakat. Berhentinya kelompok ini dr pekerjaan formalnya sering kali menjadi penyebab utamanya. Setelah memasuki masa purna tugas, ada gejala orang tua yg cenderung mengundurkan diri dr kontak sosial atau justru sikap masyarakat yg kurang memperhitungkan keberadaan kaum lanjut usia. Hal ini akan dirasakan semakin beratapabila dalam masyarakat muncul adanya kecenderungan model keluarga batih yg berubah kebentuk keluarga inti semakin nyata. Manula menjadi kurang mempunyai kesempatan untuk mengalihkan kegiatannya dalam keluarga putra putriny untuk mengisi waktu luannya.
3.      Masalah kesehatan
Dibanding dengan segmen penduduk lainnya, kelompok lanjut usia merupakan segmen penduduk yg paling rentang terhadap berbagai penyakit. Jenis penyakit yg pd umumnya diderta oleh manula di Indonesia adl penyakit Kardiovashuler, muskuloskeletaf, TBC paru, bronkitis asma, dan gangguan pernafasan (menteri Negara Kependudukan / Ka. BKKBN, 1995). Permasalahan yang kemudian muncul adl bagaimana melakukan perawatan dan pelayanan kesehatan maksimal dan permasalahan biyaya kesehatan. Pelayanan kesehatan bagi para manula di Indonesia  dinilai masih kurang endanai. Disamping itu dr manusia dan keluarganya banyak yg belum mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang baik dalam perawatan lanjut usia.
4.      Masalah psikologis
Aspek psikologis dpt menjadi faktor penyebab sekaligus menjadi faktor akibat.  Sebagai faktor penyebab, aspek psikologis yg mencul mempengaruhi aspek2 yang lain secara langsung. Misalnya rasa kesepian, kecemasan terhadap kematian dan sebagainya justru akan menyebabkan munculnya sakit phisik. Sedang sebagai faktor akibat, aspek psikologis yg sering muncul pd manula adl antara lain : kesepian, keterasingan dari lingkungan, ketidakberdayaan dan ketelantaran, sebagai akaibat kurangnya perhatian dari keluarga muda, sikap yg tdk memperhitungkan kaum lansia, dan atau kurang tersedi dana untuk pelayanan kesehatan. Selain itu pd kelompok usia lanjut usia juga sering mengalami gejala  post powes syndrome, empfty nest syndrome,  dsb.

PENDIDIKAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGY)
 Perubahan pada diri manusia dapat bersumber dradanya kematangan tp dalam kenyataannya perubahan paling banyak merupakan hasil belajar, perubahan sebagai hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun perilaku, dan perubahan tersebut dapat berlangsung sepanjang rentang kehidupan manusia. Sehingga proses pendidikan dan pembelajaran juga akan berlangsung sepanjang hayat, termasuk untuk orang dewasa. Orang dewasa memiliki ciri karateristik yg berbeda dgn usia remaja. Oleh karena itu layanan pendidikan bagi orang dewasa menghendaki penyesuaian dgn perkembangan kepribadian karakter dewasa.
Pendidikan pada umumnya merupakan upaya orang dewasa untuk membimbing anak menuju kearah kedewasaan, sehingga dalam proses pembelajaran ada ketergantungan emosional anak terhadap pendidik, dalam peran ini anak selalu terikat dan tergantung pada pendidik, hal semacam ini tidak dapat diterapkan dlm proses pendidikan orang dewasa. Kedudukan orang dewasa sbg pribadi yg mandiri, dan kematangan pengalaman, pikiran dan perasaan sering kali justru menjadi penghambat, sehingga dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya pendekatan yg berbeda. Terdapat berbagai hambatan phisik dan psikologis yg menyebabkan pendidikan bagi orang dewasa memerlukan pendekatan khusus, diantaranya adl (Linandi, 1982) :
1.      Kondisi phisik
Secara umum kondisi phisik orang dewasa telah mengalami penurubnan dibanding dengan anak2 ataupun remaja, sehingga berbagai keterbatasan tersebut dapat menimbulkan hambatan dalam proses pembelajaran diantaranya adl :
a.       Dgn bertambahnya usia penglihatan sbg jendela dunia juga mengalami penurunan, diantaranya adl titik terjauh dan titik terdekat yg dpt diamati secara jelas mengalami degradasi, sehingga diperlukan penerangan yg lebih dan penggunaan alat bantu khusus yg dapat mengurangi adanya hambatan ini.
b.      Pendengaran yg berkurang, menyebabkan pendidikan orang dewasa tdk bisa melibatkan jumlah peserta yg banyak agar hambatan pendengaran ini dpt dikurangi.
c.       Keterbatasan kondisi phisik orang dewasa yang lain juga menyebabkan proses pembelajaran tdk dpt berlangsung dalam waktu lama karena faktor kelelahan, penyakit dan berbagai gangguan phisik yg lain akan muncul.

2.      Kondisi psikologis
Kemandirian yg dimiliki dan sikap otoritas yg menjadi ciri kedewasaan, menyebabkan munculnya berbagai hambatan psikologis, untuk itu perlu diperhatikan hal2 berikut ini :
a.       Belajar pd orang dewasa lebih banyak berupa motivasi untuk memperoleh pengetahuan dan sikap baru, bukan diberi pelajaran, karena belajar pd orang dewasa sering dianggap sebagai pengalaman yang ‘menyekitkan’. Apalagi bila fasillitator adl orng yg lebih muda baik dalam usia maupun dalam pengalaman kehidupan
b.      Belajar adl proses intelektual yg sekaligus melibatkan proses emosional, pengalaman yg banyak dan menyempitnya persepsi dan perhatian orang dewasa menyebabkan mereka sulit memusatkan perhatian dan menata memorinya secara baik.
c.       Belajar adalah proses evolusi, kemampuan orang dewasa untuk dapat menerima mengerti, memahami dan menerima pengetahuan dan sikap baru merupakan proses yg berkembang secara berlahan, sehingga tdk dapat dipaksakan dan perubahan tdk dapat berlangsung seketika
d.      Sumber terkaya untuk bahan pelajaran terdapat pada orang dewasa, banyaknya pengalaman mereka miliki perlu digali, ditata kembali dan disusun menjadi bahan ajar yg baru dan segar, tanpa meninggalkan pengharagaan terhadap pengalaman yang telah ada.
Ditenggarahi adanya beberapa prinssip yg harus dipedomani dlm menyelenggarakan pendidikan untuk orang dewasa (zainudin Arif, 1984). Prinsip2 tersebut adl :
a.       Perlu diciptakan iklim belaja yg sesuai dgn keadaan dan kebutuhan orang dewasa, yaitu perlu adanya suasana saling menghargai dan adanya hubungan setara antara peserta didik dengan fasilitator.
b.      Dalam proses pembelajaran peserta diberi kesempatan untuk ikut berperan dalam mendiagnose kebutuhan belajarnya.
c.       Peserta juga dilibatkan dlm perencanaan belajar
d.      Dalam kegiatan belajar mengajar kedudukan fasilitator adl manusia dan sumber dan pembimbing yg lebih banyak berperan sebagai katalus dr pd berperan sebagai guru.
e.       Evaluasi yg dilakukan juga sebaiknya lebih diarahkan pada bentuk evaluasi diri.
Untuk dapat melayani berbagai ciri tersebut diatas, maka suasana belajar untuk pendidikan orang dewasa adl :
1.      Proses belajar merupakan kumpulan dari orang yg aktif dr berbagai kegiatan
2.      Adanya suasana saling menghormati dan menghargai
3.      Adanya suasna percaya diri dan mempercayai orang lain
4.      Suasana belajar yang ‘aman’ tidak menimbulkan ancaman
5.      Proses belajar pada penemuan diri dan keterbukaan
6.      Suasana belajar yang mengakui adanya kekhasan pribadi
7.      Suasana yg membenarkan adanya perbedaan
8.      Suasana yg memperbolehkan adanya keraguan dan berbuat kesalahan
9.      Adanya evaluasi secara bersama dan evaluasi diri
Dengan memperhatikan berbagai hambatan dalam pendidikan oramg dewasa dan prinsip2 seperti tersebut diatas, pendidikan bagi orang dewasa atau Andragogi berbeda dengan pendidikan anak Paedagogi, perbedaan tersebut meliputi perbedaan dalam
1.      Penentuan tujuan
2.      Pemilihan materi pembelajaran
3.      Proses belajar mengajar
4.      Evaluasi pembelajaran




Tidak ada komentar:

Posting Komentar