Sabtu, 07 Januari 2012

inovasi dalam pendidikan


INOVASI PENDIDIKAN
I.        Pengertian dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
A.    PENGERTIAN INOVASI DAN INOVASI PENDIDIKAN
-       Secara umum inovasi sering diartikan sebagai pembaharuan atau perubahan yang terjadi dari suatu keadaan kepada keadaan lain yang berbeda.
-       Dalam kamus ilmu-ilmu social Hugo F. Reading (1986: 204) menjelaskan istilah innovation dalam tiga kategori yaitu :
a.       Innovation diartikan sebagai elemen cultural baru, dan atau penerimaan tujuan-tujuan cultural baru oleh individu sembari menolak alat-alat kelembagaan masyarakat.
b.      Innovation material diartikan sebagai inovasi dalam kebudayaan material. Inovasi atau pembaharuan akan terlihat jelas apabila dilakukan pada bidang material seperti pada bidang teknologi. Produk-produk baru yang dihasilkan dari teknologi tersebut akan terasa sekali sebagai inovasi.
c.       Innovation material diartikan sebagai inovasi atau pembaharuan dalam kebudayaan non material. Dalam bidang non material inovasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang terjadi dalam kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Inovasi dalam bidang pendidikan perlu terus dilakukan, karena pendidikan tidak lepas dari perubahan yang terjadi pada masyarakat yang melingkungannya. Kegiatan inovasi perlu dilakukan secara terus menerus untuk memenuhi tuntutan perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat luas.
-       Rogers et al (1971: 19) menyatakan innovation is an idea, practice or object as new by an individual (artinya : inovasi merupakan suatu gagasan, idea tau pemikiran, praktek, atau praktek kerja, objek atau hal atau suatu prodek berupa barang yang dianggap baru oleh seseorang sebagai pihak penerimanya).
-       Jadi secara umum dapat dijelaskan bahwa inovasi merupakan perubahan atau pembaharuan yang terjadi baik dalam bentuk pemikiran/ide, kegiatan praktek kerja atau berbentuk produk barang yang dianggap baru dan berbeda oleh seseorang penerima dari keadaan sebelumnya.
-       Pengertian inovasi tidak sama dengan pengertian pembaharuan. Tidak semua perubahan adalah inovasi atau pembaharuan.
-       Dalam perubahan, proses terjadinya bisa berlangsung secara alamiah, misalnya perubahan dari cuaca dingin menjadi cuaca panas.
Perubahan dikatakan tergolong inovasi apabila dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar lebih menguntungkan bagi peningkatan kualitas hidup.
Misalnya, pada perubahan proses dan produk bidang teknologi yang tidak terjadi secara spontan, tetapi dilakukan sebagai akibat lahirnya suatu ide baru untuk memperbaiki keadaan atau memecahkan masalah.
Perubahan dalam bidang teknologi berjalan terus menerus karena bagian terpadu dari kehidupan manusia. Perubahan dalam system informatika, seperti telepon, radio, televise dan lain sebagainya merupakan bentuk perubahan yang lahir akibat adanya tuntutan pembaharuan yang menghendaki adanya perbaikan dari keadaan sebelumnya.
Perubahan pada bidang ilmu sosial termasuk di dalamnya sector pendidikan yang dituntut untuk mengalami perubahan dari waktu ke waktu sebagai upaya memperbaiki mutu pendidikan.
-       Santoso S. Hamidjojo (1974:8) menyatakan pengertian inovasi pendidikan sebagai :
Suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan.

B.     KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN
1.      Ciri-ciri Inovasi Pendidikan
-          Santoso S. Hamidjojo (1974)
1)      Baru, maksudnya perubahan bisa tergolong pada inovasi apabila memang berbeda dari keadaan sebelumnya. Artinya, segala sesuatu yang relative baru sehingga sifatnya secara kualitatif berbeda dari kualitas keadaan sebelumnya, bukan hanya dalam arti jumlahnya (kuantitatif).
2)      Kualitatif, perubahan yang terjadi dalam inovasi tidak hanya dalam jumlah atau penambahan dari unsure atau komponen yang ada sebelumnya, melainkan tertuju pada peningkatan nilai guna dan nilai tambah pada peningkatan mutu.
3)      Hal, mencakup berbagai komponenn dan aspek dalam pendidikan, dapat berupa ide, praktek kerja atau kegiatan dan dapat pula berbentuk barang material (hard ware) hasil produksi.
4)      Unsur kesengajaan, perubahan yang terjadi dalam inovasi dilakukan secara terencana.
5)      Meningkatkan kemampuan, perubahan yang terjadi dalam inovasi bertujun meningkatkan kemampuan sumber masukan yang ada dalam pendidikan yang meliputi :
·         unsur kemampuan manusia (man) yang terdiri atas tenaga pendidikan, tenaga administrative
·         unsur kemapuan dana (money)
·         unsur kemampuan sarana dan prasarana (material), termasuk di dalamnya adalah struktur dan prosedur organisasi serta manajemennya.
6)      Tujuan, berarti bahwa perubahan yang terjadi dalam inovasi mempunyai kejelasan sasaran dan hasil-hasilnya.
-          Mugiadi (1998: 5) menyatakan “pada hakikatnya tidak semua perubahan dapat disebut sebagai suatu inovasi. Tindakan yang inovatif menuntut berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain, yaitu:
Pertama, apabila tindakan tersebut menimbulkan perbaikan sebagai akibat dari penerapan suatu gagasan yang dapat membantu meringankan beban system dimana gagasan itu diterapkan.
Kedua, gagasan pembaharuan perlu mengikuti suatu proses terencana secara memadai, artinya gagasan tersebut harus dilakukan secara teliti.
Ketiga, seorang pembaru hendaknya berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, apabila yang terbatas, untuk membantu system dalam menjalankan fungsinya secara maksimal guna mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

2.      Misi dan Tujuan Inovasi Pendidikan
Poensoen dalam Santoso S Hanudjojo (1974) melihat adanya tiga kecenderungan misi inovasi pendidikan yaitu :
·      Pertama, inovasi pendidikan mengemban misi untuk meninggalkan konsepsi pendidikan yang terbatas hanya bagi kepentingan elite menuju konsepsi pendidikan yang lebih demokratis.
·      Kedua, inovasi pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi pendidikan yang berat sebelah dalam peningkatan kemampuan pribadi di antara pengetahuan, sikap dan ketrampilan, menuju pada konsepsi pendidikan yang mengembangkan pola dan isi yang lebih komprehensif dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia secara bulat dan utuh.
·      Ketiga, inovasi pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi pendidikan yang bersifat individual perorangan, menuju kea rah konsepsi pendidikan yang menggunakan pendekatan lebih kooperatif.

3.      Sumber Terjadinya Inovasi Pendidikan
-          Menurut Santoso S Hamidjojo (1974: 26) awal dari arus informasi dan inovasi datang dari dua sumber, yaitu dari pihak bawah atau dari pihak atasan, pemimpin, badan-badan atau orang-orang institusional.
-          Mengenai sumber datangnya inovasi termasuk inovasi dalam pendidikan sekurang-kurangnya ada tiga pandangan antara lain :
·      Pertama, pandangan yang menyatakan agar pembaharuan terlaksana penuh makna dan tumbuh mengakar di masyarakat luas, sebaiknya ide pembaharuan itu muncul dari pihak bawah (charge from the grass roots).
·      Kedua, pandangan yang menyatakan bahwa tanpa ada restu atau keputusan kebijaksanaan dari pihak atas, maka orang-orang yang berada di tingkat bawah dan daerah akan merasa ragu-ragu atau kurang terdorong untuk ikut serta menyebarkan dan melaksanaan pembaharuan.
·      Ketiga, pandangan yang menyatakan bahwa yang penting gagasan perubahan itu berlangsung sedikit demi sedikit, aspek demi aspek, tetapi berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu.
-          Menurut Mugiadi (1988: 7) menegaskan bahwa: “Dalam pembaharuan itu terlepas apakah gagasan itu datang dari bawah atau dari atas, yang penting adalah perlu memperhitungkan berbagai kendala yang akan dihadapi, andaikata gagasan itu akan diterapkan di dalam suatu system yang sedang berlaku”.
-          Dalam era reformasi dimana kehidupan sosial politik lebih banyak didasarkan pada suasana demokratis, serta segala tindakan, kebijakan dan keputusan harus selalu didasarkan pada aspirasi rakyat yang lebih banyak berada di kalangan bawah, maka yang lebih relevan adalah inovasi yang bersumber dari bawah.

4.      Proses Inovasi dan Penyebarannya
-          Menurut Santoso S Hamidjojo (1974) proses dilancarkannya inovasi ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang pihak penggagas, pencipta atau pendorong inovasi, dan dari sudut pandang penerima yang menjadi sasaran yang dikenai perubahan.
-          Ditinjau dari sudut pandang pihak pencipta dan pendorongnya, proses inovasi terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Tahap pengenalan masalah, penelitian, perumusan lebih tajam dari masalah.
b.      Tahap pengembangan yang meliputi sarana alternative pemecahan masalah, percobaan kembali, penilaian, dan seterusnya.
c.       Tahap penyebaran yang meliputi penerangan (persuasive), pengorganisasian, pemberian restu dan sanksi, pengendalian dan pengawasan.
d.      Tahap pencatatan (monitoring) dan penilaian.
-          Ditinjau dari pihak penerima gagasan baik perorangan atau kelompok yang menjadi sasaran yang akan dikenai perubahan, proses inovasi terdiri dari lima tahapan sebagi berikut:
a.       Tahap kesadaran (awareness), dimana seseorang atau kelompok yang menjadi sasaran inovasi mulai menyadari dan mengetahui adanya gagasan pembaharuan.
b.      Tahap perhatian (interest), dimana seseorang atau kelompok yang menjadi sasaran mulai menaruh minat menyukai atau tidak terhadap gagasan pembaharuan, dan mulai berusaha mencari informasi yang lebih lengkap tentang ide tersebut.
c.       Tahap penilaian (evaluation), dimana seseorang atau kelompok yang dikenai sasaran inovasi mulai mengadakn penelitian terhadap gagasan baru itu kemudian dibandingkan dengan keadaan diri dan kelompoknya baik saat ini atau masa yang akan datang.
d.      Tahap pencobaan (trial), dimana seseorang atau kelompok yang menjadi sasaran inovasi mulai mencoba menerapkan penggunaan inovasi pada skala yang kecil.
e.       Tahap penerimaan (adoption), dimana seseorang atau kelompok yang menjadi sasaran inovasi mulai menggunakan ide pembaharuan secara tetap dalam skala lebih luas.
-          Kelemahan dari model proses adaptasi itu, antara lain :
·      Pertama, model tahapan tersebut memandang seakan-akan setiap inovasi yang dilancarkan, akhirnya akan pasti diadopsi oleh sasaran. Kenyataannya sering terjadi penolakan, apalagi pada pihak sasaran yang informasi berlawanan.
·      Kedua, konseptualisasi proses penyebaran inovasi tersebut terlalu sederhana, kemungkinan ada tahap-tahap penting yang terlewati.
·      Ketiga, proses penyebaran inovasi jarang selalu berakhir pasti dengan penerimaan atau adopsi.
-          Menurut Everet M. Rogers (1962) ada lima macam factor atau sifat yang harus terdapat dalam setiap kegiatan inovasi agar inovasi mudah dan cepat didifusikan, didesiminasikan dan diadopsi, yaitu:
·      Pertama, keuntungan relatif (relative advantage), yaitu sejauh mana suatu gagasan dapat memberi keuntungan dan kepuasan bagi mereka yang menerima dan memanfaatkannya.
·      Kedua, kesepadanan atau kecocokan (compatibility), yaitu sejauh mana gagasan pembaharuan itu memiliki kesesuaian nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang dikenai pembaharuan.
·      Ketiga, tingkat kerumitan atau kompleksitas (complexity), yaitu sejauh mana tingkat kesulitan yang ada dalam suatu gagasan pembaharuan.
·      Keempat, dapat diuji coba (triability), yaitu sejauh mana gagasan pembaharuan itu dapat dan mudah diujicobakan dalam skala kecil.
·      Kelima, dapat diamati hasilnya (observability), yaitu sampai sejauh mana hasil-hasil dari penerapan gagasan baru itu dapat diamati oleh masyarakat.

5.      Strategi Pelaksanaan Inovasi Pendidikan
-          Menurut Rogers, et al (1971) dalam bukunya Communication of innovation menyatakan bahwa proses keputusan inovasi terdiri atas tiga macam, yaitu tipe keputusan otoritas, tipe keputusan opsional, dan tipe keputusan kolektif.
-          Tipe keputusan otoritas yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang atau kelompok oleh individu yang sedang berada dalam posisi sebagai atasan.
Keputusan otoritas adalah keputusan inovasi yang biasanya dihasilkan organisasi formal.
Tahap keputusan inovasi otoritas adalah sebagai berikut :
a.       Fase pembuatan keputusan, yang terdiri atas:
1)      Pengenalan kebutuhan untuk berubah,
2)      Persuasi dan penilaian perubahan oleh pengambil keputusan, dan
3)      Keputusan menerima atau menolak oleh pengambil keputusan.
b.      Fase implementasi keputusan, terdiri atas:
1)      Komunikasi inovasi yang dipilih yang diputuskan kepada unit/anggota organisasi, dan
2)      Tindakan penerimaan atau penolakan pembaharuan oleh unsure unit organisasi.
Menurut Rogers (1971) ada empat kemungkinan bentuk tindakan konsonansi dan disonansi dalam organisasi, yaitu:
·         Bentuk pertama, seseorang atau kelompok tidak menyukai inovasi, karena dituntut organisasi agar menolaknya. Bentuk ini disebut penolak konsonan.
·         Bentuk kedua, seseorang atau kelompok tidak menyukai inovasi, tetapi dituntut organisasi untuk menerimanya. Bentuk ini disebut penerima yang dissonan.
·         Bentuk ketiga, seseorang atau kelompok menyukai inovasi, tetapi dituntut organisasi untuk menolaknya. Bentuk ini disebut penolak yang dissonan.
·         Bentuk keempat, seseorang anggota menyukai inovasi karena dituntut organisasi untuk menerimanya. Bentuk ini disebut penerima yang konsonan.
Berdasarkan bentuk-bentuk penerimaan dan penolakan tersebut, dalam tipe keputusan otoritas, terdapat dua teknik pengambilan keputusan inovasi, yaitu:
1)      Pendekatan otoritatif, yakni keputusan yang diambil oleh pihak penguasa secara sepihak, tanpa musyawarah terlebih dahulu dengan pihak anggota.
2)      Pendekatan partisipatif, yaitu pengambilan keputusan dengan menggunakan pendekatan interaktif dua arah antara pihak penguasa dengan anggota organisasi.
Tipe keputusan opsional adalah tipe keputusan yang diambil oleh perseorangan, yang tahap-tahapnya meliputi :
1)      Pengenalan, dimana seseorang mulai mengetahui gagasan pembaharuan.
2)      Persuasi, dimana seseorang mulai menaruh minat terhadap ide baru.
3)      Keputusan, yakni seseorang mulai terlibat dalam menerima atau menolak inovasi.
4)      Konfirmasi, yakni seseorang mulai berusaha mencari penguat untuk memantapkan penerimaan atau penolakan terhadap inovasi.
Tipe keputusan inovasi kolektif yaitu tipe pengambilan keputusan terhadap suatu inovasi dengan cara consensus di antara individu-individu yang ada dalam system social atau kelompok organisasi tertentu. Tahap-tahapnya sebagai berikut :
a)      Simulasi minat akan inovasi
b)      Inisisi gagasan baru ke dalam system social
c)      Legitimasi gagasan baru oleh pemegang kekuasaan
d)     Keputusan untuk melaksanakan gagasan baru
e)      Tindakan atau penerapan pelaksanaan gagasan baru

II.     Alasan Perlunya Inovasi Pendidikan
A.    ALASAN ILMIAH INOVASI PENDIDIKAN
-       Menurut Philip H Coombs dalam bukunya “The World Educational Crisis” (1968) ada empat hal yang menyebabkan terjadinya krisis kependidikan yaitu:
1.      Meningkatnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan.
2.      Kelangkaan atau kekurangan sumber-sumber yang menunjang pelaksanaan pendidikan.
3.      Inertia atau kelemahan yang terdapat dalam system pendidikan.
4.      Inertia atau kelemahan yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
-       Sejalan dengan pernyataan di atas Santoso S. Hamidjojo (1974:10) menyatakan bahwa inovasi pendidikan merupakan reaksi para ahli pendidikan dan perencanaan pembangunan terhadap masalah-masalah social, ekonomi dan masalah pendidikan itu sendiri yang dari waktu ke waktu dirasakan semakin berat dan mendesak, berkisar pada hal-hal sebagai berikut.
1.      Besarnya tekanan eksplosi pnduduk.
2.      Meningkatnya aspirasi masyarakat luas terhadap pendidikan.
3.      Kurangnya sumber.
4.      Masih banyaknya kelemahan system baik dalam penelitian, perencanaan dan pelaksanaan.
5.      Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam kehidupan masyarakat luas.
-       Lebih khusus lagi tantangan yang menuntut berbagai upaya yang inovatif dalam pendidikan menurut Yusuf Hadi Miarso (1984: 175) antara lain :
1.      Berkembangnya jumlah penduduk yang pesat dan meningkatnya keinginan masyarakat untuk mendapat pendidikan yang kumulatif.
2.      Berkembangnya ilmu pengetahuan yang menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan pengetahuan yang terus menerus.
3.      Berkembangnya teknologi yang pesat yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya.
Menurut Yusuf Hadimiarso (1984:146) permasalahan dunia pendidikan yang harus diperhatikan antara lain:
1.      Makin bertambahnya jumlah anak-anak yang berhasrat dan harus bersekolah akibat pertambahan penduduk yang pesat,
2.      Makin berkembangnya ilmu pengetahuan yang membawa implikasi pada perlunya diperbaharui isi dan metose pelajarannya,
3.      Makin berkembangnya teknologi
4.      Sangat terbatasnya sumber tenaga, keuangan, maupun alat dan fasilitas.
Selanjutnya secara lebih khusus permasalahan di atas dikelompokkan Yusuf Hadi Miarso (1984: 146) ke dalam masalah sebagai berikut:
1.      Masalah input, yaitu terbatasnya jumlah anak yang mempunyai kesempatan untuk bersekolah, ketidakseimbangan jenjang persekolahan yang ada, baik secara vertical maupun horizontal, jumlah dan kualitas guru yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman, kurikulum yang juga tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan dan pembangunan.
2.      Masalah output, yaitu kuantitas dan kualitas lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan jumlah drop out yang sangat besar.
3.      Masalah structural, yakni system administrasi dan perencanaan yang belum efisien.

B.     ALASAN YURIDIS INOVASI PENDIDIKAN
-       Mugiadi (1988: 15) menekankan pada aspek legal yang tercermin dalam GBHN yang mendorong perlunya dilakukan pembaharuan pendidikan, yaitu:
1.      Sehubungan dengan tujuan pendidikan, dalam GBHN, dituntut adanya berbagai upaya menyesuaikan tujuan serta isi kurikulum lembaga pendidikan dan mencari cara yang inovatif untuk mencapai tujuan tadi.
2.      Sehubungan dengan peningkatan mutu pendidikan, diharapkan adanya gagasan inovatif di dalam meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan.
3.      Sehubungan dengan perluasan kesempatan belajar pada tingkat sekolah menengah pertama, inovasi sangat diperlukan untuk memungkinkan system pendidikan menengah dapat menjangkau semua pemuda usia sekolah menengah pertama untuk mendapatkan kesempatan belajar.
4.      GBHN menghendaki juga adanya keserasian hubungan antara pendidikan dengan dunia usaha, begitu pula dengan perpaduan antara daerah dan antarjenjang pendidikan, keterpaduan antar-berbagai lembaga pendidikan dan latihan guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Berbagai alternatif pemecahan dari masalah-masalah tersebut dilakukan dengan cara mendirikan sekolah-sekolah guru, membangun gedung-gedung sekolah, menambah jumlah buku-buku paket pelajaran, mengembangkan perpustakaan, membuka kelas jauh dan kelas parallel. Salah satu upaya yang paling strategis adalah dilakukan inovasi dalam teknologi pendidikan, baik dalam pengertian perangkat kerasnya (hard ware), maupun dalam pengertian perangkat lunak (software).

1 komentar: